13 - Ketika Air Matanya Menyakitkanku

1.1K 148 19
                                    

13 – Ketika Air Matanya Menyakitkanku

Zelo lagi-lagi menghentikan langkah tiba-tiba. Seperti sebelumnya, Veryn menabrak punggungnya.

'Rasanya pengen nangis, deh ...' Suara itu bergaung keras di kepala Zelo.

Ia hendak berbalik, tapi tangan Veryn menahannya. Zelo menahan napas tatkala melihat pandangan buram Veryn yang tertuju ke lantai. Ia hanya bisa berdiri di sana dengan tangan terkepal tatkala Veryn menyandarkan kepalanya di bahu Zelo. Satu-persatu air mata Veryn jatuh dan Zelo bisa melihatnya dengan jelas.

Tanpa kata, Zelo meraih tangan Veryn dan menggenggamnya. Ia menyesali keputusannya itu tatkala Veryn membalas genggaman tangannya. Karena saat ini, Zelo merasakan sentakan aneh di perutnya. Menyentuh Veryn, tampaknya memberikan efek aneh pada dirinya.

***

"Wah, selain pintar ngeledek, ternyata kamu juga hebat ya, main basketnya," puji Veryn setengah menggoda saat Zelo berhasil mencetak skor tertinggi di permainan basket di game center.

Zelo mengabaikan Veryn dan terus bermain.

"Kamu beneran suka basket?" tanya Veryn kemudian.

Zelo mengangguk.

"Di sekolah, kamu juga gabung di klub basket?" tanyanya lagi.

Lagi, Zelo mengangguk.

"Kalau gitu, kamu udah pernah ikut kompetisi basket? Udah pernah menang? Kalau kamu mainnya kayak gini, harusnya kamu udah pernah menang, kan? Seenggaknya satu kemenangan?" rentet Veryn.

Zelo mendesah berat sebelum menjawab, "Iya, aku udah pernah ikut kompetisi basket. Sering. Dan ya, aku juga udah pernah menang. Lumayan sering. Dan buat hasil pertandinganku, rekor kemenanganku amazing, kalau kamu belum tahu."

Veryn mencibir. "Pamer nih, ceritanya?"

Zelo melirik Veryn kesal. "Kan, kamu yang tadi tanya."

"Oke, oke," Veryn mengalah. Bagaimanapun, suasana hatinya sedikit membaik karena Zelo. Ia tidak bisa membuat anak ini terlalu kesal, kan?

"Minggu depan ada pertandingan basket di sekolah," beritahu Zelo tiba-tiba.

Veryn mengangkat alis. "Kenapa? Kamu mau aku datang buat nyemangatin?" godanya.

"Nggak usah datang," balas Zelo sinis.

Veryn tersenyum geli. "Kenapa? Kamu takut kalau aku lihat kamu kalah?"

Zelo menoleh ke arah Veryn, melupakan permainannya. Ia tampak kesal kini.

"Eh, kamu ngapain? Tuh, waktunya, waktunya ..." cecar Veryn seraya menunjuk timer permainan basket.

"Kamu mau datang atau nggak, aku nggak peduli," desis Zelo sebelum kembali menatap ke depan dan melanjutkan permainan basketnya.

Veryn berusaha menahan senyum geli karenanya. "Aku bakal datang, kok. Aku harus datang dong, buat ngebuktiin kata-katamu tentang rekor kemenanganmu tadi. Jangan sampai kamu kalah ya, soalnya aku nggak bakal ngelewatin kesempatan itu buat balas dendam, oke?"

Zelo hanya membalas dengan dengusan kesal.

***

Zelo melirik Veryn yang sedang menikmati cokelatnya, hadiah yang mereka tukarkan di game center tadi. Alih-alih memilih boneka, seperti normalnya gadis lainnya, Veryn memilih makanan. Oh, dan satu bolpoin dengan tutup berbentuk kepala panda. Tampaknya di dunia Veryn, tak ada yang bisa mengalahkan ketenaran makanan.

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang