Epilog
"Apa kamu beneran harus pulang ke rumah orang tuamu?" keluh Zelo untuk kesekian kalinya.
"Iya, lah. Orang tuaku bahkan nggak tahu kalau selama ini aku tinggal di sini dan bukannya di rumahku sendiri," jawab Veryn sabar.
Zelo mendecakkan lidah kesal. "Itu karena rumahmu lagi direnovasi biar kita bisa tinggal di sana sebelum tahun baru ntar."
"Orang tuaku juga nggak tahu itu, kan?" balas Veryn.
"Aku bakal ngasih tahu ke mereka begitu kita nikah. Jadi, mereka nggak bakal sempat nyeret kamu pulang kalau tahu kamu tinggal di sini sampai renovasinya selesai," Zelo berkata.
Veryn memasukkan pakaian terakhirnya ke tas, menutupnya, lalu berbalik dan menghampiri Zelo yang masih merengut di ujung tempat tidurnya.
"Aku udah tinggal di sini selama empat bulan, Zelo," Veryn mengingatkan.
"Tapi, aku nggak ada di sini selama dua bulan lebih. Aku bahkan baru pulang minggu lalu dan kamu udah mau pergi?" protes Zelo.
"Aku harus pergi karena besok ..." Kalimat Veryn terpotong ketika tiba-tiba Zelo menariknya ke arah tempat tidur, membuatnya duduk di samping pria itu. Veryn bahkan belum sempat protes ketika tiba-tiba Zelo memperpendek jarak mereka dan membuat wajah mereka berjarak tak lebih dari lima senti.
Veryn bahkan tak sanggup berkedip karena terlalu terkejut. Lalu, ia mendengar suara itu. Debaran keras jantungnya yang memenuhi ruangan. Apakah Zelo mendengarnya? Setelah beberapa bulan ini, bagaimana jantungnya masih bisa berdegup sekencang ini setiap kali Zelo berada di dekatnya, Veryn tidak tahu kenapa.
"Kamu juga ngerasain itu, kan?" Suara Zelo terdengar geli. "Jadi, bukan cuma aku yang ngerasa gitu, kan?"
Veryn hendak menarik diri, tapi Zelo menahan tengkuknya. Veryn menatapnya panik.
"Gimana ini? Perasaanku ke kamu makin hari makin bertambah aja," ucap Zelo.
"Aku juga ngerasa kayak gitu. Makanya ... ini ... kita nggak perlu kan ngomong dengan posisi kayak gini?" Veryn gugup.
"Tapi, aku senang ngomong sama kamu kayak gini," balas Zelo santai. "Dengan begini aku bisa tahu perasaanmu ke aku. Dengan sangat jelas." Zelo menyeringai seraya menyeberangi jarak yang tak lebih dari lima senti itu.
Suara ketukan di pintu ruangan menghentikan Zelo. Dia mengerang kesal ketika menarik diri dari Veryn dan berbalik untuk mendapati Zane sudah berdiri di depan pintu kamar Veryn.
"Aku datang buat nyelamatin calon adik ipar," ucap Zane tanpa rasa bersalah.
Zelo mendesis kesal sementara wajah Veryn sudah memerah. "Dia bakal segera jadi adik iparmu. Jadi, tolong berhenti berlagak sok pahlawan dan nyela di saat-saat penting."
Zane mengedikkan bahu. "Kalian emang udah tunangan, tapi belum nikah, aku ingatin kalau kamu lupa."
"Dan akan segera menikah, perlu kamu tahu," sengit Zelo seraya merangkul bahu Veryn dan menariknya mendekat. "Besok pagi, kalau kamu lupa."
Zane mengangguk. "Kalau gitu, lakuin apa yang kamu pikirin itu setelah kalian nikah," ucapnya enteng.
"Apa yang aku pikirin?!" Suara Zelo meninggi. "Jangan buat dia mikir yang nggak-nggak tentang aku. Aku nggak ..." Zelo bahkan tampak bingung memberikan penjelasan pada Veryn akan tuduhan Zane tadi.
Tapi, Zane bahkan tidak merasa perlu menunggu kalimat Zelo selesai saat dia sekali lagi mengedikkan bahu santai dan berbalik pergi setelah memamerkan seringaian jail.
"Seenggaknya pastiin kamu nutup pintunya!" teriak Zane dari kejauhan, membuat Zelo menggeram frustrasi,
"Manusia nyebelin itu benar-benar ..."
"Dia kakakmu," Veryn berbaik hati mengingatkan.
"Nggak ngubah kenyataan kalau dia bisa nyebelin banget," desis Zelo seraya kembali menatap Veryn. "Dan jangan belain dia terus."
Veryn tersenyum geli. "Aku nggak pernah tahu kalian bisa kekanakan banget kalau udah berantem."
"Sekarang kamu tahu, dia lebih kekanakan daripada aku," angkuh Zelo. Dia menghela napas berat seraya menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Kenapa waktu jalannya lambat banget? Aku udah nggak sabar buat ngelihat kamu makai gaun pengantin besok," ucapnya.
"Kenapa? Apa kamu benar-benar mikirin apa yang dimaksud Zane tadi?" goda Veryn.
Zelo mendengus seraya beranjak duduk. "Sebenarnya, aku mikirin ini," ucap Zelo cepat seraya menahan bahu Veryn dan tiba-tiba mendekatkan wajahnya.
Veryn memejamkan matanya, menahan napas, lalu merasakan kecupan lembut di keningnya. Veryn mengembuskan napas lega saat Zelo menarik diri. Ia pikir tadi Zelo akan mencium .... Veryn menghentikan pikirannya dan menatap Zelo panik. Dia mendengarnya.
'Sial.'
Zelo menatap Veryn geli. "Aku suka idemu," katanya sebelum akhirnya benar-benar mencium bibir Veryn.
'Aku cinta sama kamu,' ucap Zelo di kepala Veryn. Sekarang dia bisa melakukannya dengan baik, tanpa perlu merasa frustrasi lebih dulu.
'Aku juga,' Veryn membalas.
'Apa?' tuntut Zelo.
Veryn tak dapat menahan senyumnya. 'Cinta. Aku juga cinta sama kamu. Puas?'
Zelo membalasnya dengan ciuman yang lembut dan manis. Seperti cerita cinta mereka. Yang berakhir dengan satu kata; selamanya.
End
Note:
Dear Lovely,
Sekalian deh ya updatenya. Hadiah Hari Kemenangan. Selamat Hari Raya Idul Fitri ya... 😊
And thanks for reading this story. Makasih buat semua support, vote, comments. Besok kita lanjut ke kisah Zane-Ellena di I'm With You, ya... See you tomorrow... 😘
Buat yang mau baca semua series ini, urutannya:
1. I See You
2. I'm With You
3. Still, You
4. Always, You
5. Crazy Series (coming soon)
6. Be With You (coming soon)Semoga kalian juga suka cerita lainnya yaa.. 😊
Dear Beloved Readers, sekarang ebook karya Ally Jane sudah tersedia dalam versi PDF. Di versi PDF, readers akan mendapat satu halaman khusus thanks to dan bisa request mau dituliskan kata-kata apa.
Untuk pembelian hingga min 100k, akan mendapat bonus Ebook. Selain itu juga akan ada bonus lainnya di group khusus ebook PDF Ally Jane.
Untuk pembelian bisa menghubungi WA 0821.4343.8173. Pembayaran via gopay, transfer, atau dana.
List judul dan harga di gambar bawah, ya. Dan khusus untuk Bells Cafe Series hanya untuk yang 19 tahun ke atas ya..
Thank you, I love you.. 😘
Love,
Ally Jane
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...