20 – Use Me As Much As You Want
"Kalau kamu bisa dengar dan juga ngelihat apa yang aku pikirin ..." Veryn tiba-tiba menyinggung tentang itu lagi setelah dua hari yang canggung di antara mereka, "aku pikir itu bisa ngebantu mempercepat proses penulisan novel ini, deh."
Zelo mengernyitkan kening, mengikuti pikiran Veryn.
'Kamu nggak perlu nungguin aku nyelesaiin bagianku dan bisa ngelanjutin nulis dari apa yang kamu lihat dalam kepalaku, kan?'
Zelo mengangguk.
'Berarti, pas aku selesai sama ceritaku, kamu juga udah nyelesaiin bagianmu, dan aku bisa ngelanjutin bagian berikutnya. Kamu ngerti maksudku, kan?'
Zelo kembali mengangguk.
'Wah, kayaknya kemampuanmu yang menge ... ehm, maksudku, kemampuanmu itu bisa bermanfaat juga.'
Zelo tak merespon kali ini, dan ia sudah kembali menulis bagiannya saat mendengar pikiran Veryn lagi.
'Apa aku barusan ngomong sama dia lewat pikiranku? Apa aku bego? Apa aku udah gila? Bahkan meskipun itu bisa menghemat suara dan tenaga, tapi ... yah, kayaknya sih nggak apa-apa. Toh, aku juga masih marah ke anak itu. Tapi seenggaknya, aku harus manfaatin kemampuannya, kan? Wah, kayaknya aku tambah pintar, deh. Jelaslah aku harus manfaatin kemampuannya. Jadi, kemarahanku pun nggak bakal sia-sia. Dan juga ... oh, masa bodoh deh kalau dia dengar ini juga. Toh dia udah senang-senang ngetawain pikiranku selama ini. Ish ...'
Diam-diam Zelo mendesah berat. Setelah sekian lama, lagi-lagi Zelo merasakan perasaan ini. Bisa melihat pikiran orang lain, benar-benar menyulitkan.
***
Baik Veryn maupun Zelo, entah bagaimana berhasil melewati hampir dua minggu tanpa membahas tentang Zelo yang terus mengikuti pikiran Veryn, maupun Veryn yang meskipun seharusnya marah pada Zelo, justru memanfaatkan kemampuan Zelo dalam proyek menulis mereka.
Selain itu, Veryn juga tidak lagi banyak bicara. Dia nyaris mengatakan segalanya hanya dalam pikirannya, entah itu hal yang baik maupun buruk untuk didengar Zelo. Dan Zelo, tak pernah sekali pun protes atau membahas tentang itu. Tanpa kata, ia hanya mengikuti apa pun yang diinginkan Veryn dalam pikirannya.
Malam itu, tiba-tiba pikiran Veryn tentang alur novelnya terhenti, membuat Zelo yang tadinya tenggelam dalam pikiran Veryn sembari fokus menulis, sontak menghentikan kegiatan dan mengangkat wajahnya. Keningnya berkerut saat ia menatap Veryn.
"Besok pesta pernikahan Anin," Veryn berkata, benar-benar mengucapkan kata-katanya.
Zelo mengangkat alis. "Trus?"
"Kamu ingat?" tuding Veryn.
"Kamu benar-benar lupa?" Zelo menatap Veryn tak percaya.
"Kamu tahu aku sama sekali nggak mikirin itu selama seminggu terakhir ini," desis Veryn, tak lagi menyangkal kehadiran Zelo di setiap pikirannya. "Dan aku sama sekali belum ada persiapan buat besok."
Zelo berdehem. "Kamu kelihatan fokus banget sebelumnya tentang apa yang mau kamu pakai ke pesta itu. Ya, aku pikir kamu udah nyiapin semuanya dan kamu nggak mikirin itu lagi buat fokus sama proyek nulis kita. Mana aku tahu kalau kamu beneran lupa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...