28 – Dia Gadisku
"Wah ... di rumah segede ini, kamu cuma tinggal sama kakakmu doang?" Veryn mengedarkan pandangan kagum ke sekeliling ruang tamu. Ini seperti rumah mewah yang biasanya hanya ia lihat di televisi atau internet.
"Nggak juga, sih. Ada orang lain juga. Tuh, yang jaga rumah, sama yang masak," jawabnya enteng. "Ayo, aku antar ke kamarmu. Aku udah bawa barang-barangmu ke sini dan semuanya udah ada di kamarmu. Kalau ada hal lain yang kamu butuhin, kamu bilang aja ke aku. Ntar aku ambilin ke rumahmu."
"Kamu udah bawa laptopnya, kan?" Veryn mengecek.
Zelo kembali mengangguk.
"Itu udah cukup. Jangan pergi ke rumahku atau ke mana pun. Kamu juga nggak boleh keluar dari rumah ini. Ngerti?" Veryn menatap Zelo sungguh-sungguh.
"Iya, iya, aku ngerti," Zelo mengalah. "Sekarang, ayo ke kamarmu dulu. Kamu masih harus banyak istirahat."
"Ah, jangan cerewet lagi, deh," keluh Veryn seraya mengikuti Zelo. "Oh, satu lagi." Veryn menahan lengan Zelo di tengah tangga.
Zelo berbalik, mengerutkan kening saat mengikuti pikiran gadis itu.
'Makanan di rumah sakit payah banget. Apa ada makanan sejenis cokelat yang bisa aku makan buat camilan?'
Zelo mendengus tak percaya. "Naik dulu deh ke kamarmu, ntar aku siapin makanan-makanan favoritmu itu."
Veryn tersenyum lebar, mengangguk penuh semangat.
***
Masih dengan wajah mengantuk, pagi itu Veryn turun dari lantai atas karena tidak menemukan Zelo di kamarnya, atau di mana pun di lantai atas. Namun, saat Veryn hendak berbelok ke dapur, langkahnya terhenti. Ia kembali menoleh ke ruang tamu dan langsung berteriak sekuat tenaga.
Sesosok pria yang berdiri di ruang tamu tampak terkejut melihat Veryn, dan juga karena teriakannya tadi. Sesaat, wajah itu tampak tak asing. Tapi, itu tak mengurangi ketakutan Veryn. Gadis itu melangkah mundur, kembali menaiki tangga.
"Kamu ... siapa?" panik Veryn.
Pria itu mengerutkan kening, tampak berpikir. Lalu detik berikutnya, dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh memasuki ruang tamu. Begitu keduanya melihat pria yang berdiri di tengah ruang tamu itu, mereka langsung membungkuk hormat seraya menyapa pria yang tampaknya berusia akhir dua puluhan itu.
Giliran Veryn yang mengerutkan kening, bingung. Sebelum Veryn sempat bertanya, pintu depan sudah terbuka dan Zelo muncul, terengah kehabisan napas.
"Kamu dari mana aja, sih?!" Veryn berteriak ke arah Zelo.
Zelo melirik pria yang masih berdiri di ruang tamu itu saat menghampiri Veryn. "Kamu udah ketemu kakakku?" tanyanya saat dia berdiri di depan Veryn.
"Kakakmu?" Veryn membeo.
Zelo menghela napas, mengangguk. Dia tak menjelaskan lebih lanjut saat tangannya terangkat dan menyentuh rambut Veryn. Mengetahui bahwa Zelo hanya merapikan rambutnya, Veryn tak protes, tapi ia masih menatap anak itu tajam.
Setelah merasa cukup merapikan rambut Veryn, Zelo menarik tangannya dan berbalik. "Kamu udah pulang?"
Pria di ruang tamu itu mengangguk. "Aku nggak tahu kalau ... ehm, ada orang lain di rumah ini ..." Pria itu terdengar canggung.
"Dia ... ehm, temanku," balas Zelo tak kalah canggungnya.
"Dia ... tinggal di sini sekarang?" Veryn mendengar pertanyaan kakak Zelo itu terdengar begitu mirip gumaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...