19 – Yang Tak Tersampaikan
"Aku juga nggak ada niatan buat minta maaf ataupun maafin kamu. Bahkan meskipun kamu berlutut minta maaf di depanku," sengit Veryn.
Zelo tak membalas.
Selama beberapa saat, keduanya sibuk melanjutkan tulisan mereka. Satu jam hampir berlalu dengan situasi seperti itu, sampai ponsel Zelo berdering. Veryn melihat Zelo mendengus kesal sebelum melemparkan ponselnya ke arah Veryn.
Veryn meringis ketika membaca nama yang terpampang di layar ponsel Zelo. Ia menatap Zelo, menunggu anak itu berkomentar menyebalkan seperti biasanya, tapi tak ada yang dia katakan, maka segera Veryn mengambil ponsel yang dilempar Zelo tadi dan menerima telepon Rangga.
"Ha ... halo?" Veryn berbicara.
"Oh, Veryn?" Rangga terdengar terkejut, dan juga senang di seberang sana.
"Iya," sahut Veryn pendek. Diam-diam ia melirik Zelo yang sudah kembali fokus dengan laptopnya, sepenuhnya mengabaikan Veryn.
"Kamu ... lagi sama Zelo?" tanya Rangga.
"Iya, kita lagi ngerjain novel, nih," jawab Veryn seraya kembali melirik Zelo yang masih mengabaikannya.
"Oh," gumam Rangga. "Oh iya, apa Zelo udah nyampaiin ke kamu? Tadi pagi aku telpon dia. Aku pengen ngajak kamu datang bareng ke aku ke pesta pernikahannya Anin. Zelo bilang, kamu mungkin nggak bisa datang, tapi ..."
"Aku emang nggak bisa," Veryn memotong. Seketika, Zelo mendongak menatapnya. "Aku mungkin emang nggak bisa datang. Aku harus ngejar deadline novel duet ini. Dan masih ada kerjaan lain juga."
"Ah, gitu, ya?" Rangga terdengar kecewa. "Itu cuma satu hari kok acaranya. Apa kamu nggak bisa ngeluangin waktu buat datang? Kita kan juga udah lama nggak ketemu. Di sana ntar pasti juga bakal ada banyak teman-teman sekolah kita dulu. Kalau kamu nggak datang, Anin pasti bakal kecewa banget, deh."
'Lebih tepatnya, bakal mati puas ngetawain aku.'
"Kalau semuanya lancar dua minggu ini, mungkin ntar aku bisa nyisihin waktu buat hari itu," ucap Veryn akhirnya.
"Oh, kalau gitu, kamu mau ..."
"Aku ntar datang sama Zelo," Veryn kembali menyela. "Aku bakal datang sama dia. Liana sama Nania juga pasti bakal datang, kan? Mereka juga udah kenal sama Zelo, kok. Jadi, kalau ntar aku ada waktu, aku bakal datang ... sama Zelo."
Veryn berusaha untuk tidak terlalu cemas ketika melihat keterkejutan Zelo. Entah nanti anak itu setuju atau tidak untuk menemaninya, tapi jika memang yang dikatakan Zelo tentang Rangga itu benar, tentu Veryn tidak mungkin menerima ajakan Rangga, kan?
"Oke deh ... kalau gitu ... oke," ucap Rangga canggung.
"Kalau nggak ada lagi yang mau kamu omongin, aku tutup telponnya, ya? Aku nggak punya banyak waktu buat dibuang, omong-omong," tukas Veryn, mengingat kata-kata Zelo padanya tadi pagi.
"Ah, oke, deh. Sori ya ... kalau aku ganggu. Kamu ... sama Zelo ... selamat kerja deh," pamit Rangga kaku.
"Hm," sahut Veryn pendek, sebelum akhirnya benar-benar memutus sambungan telepon.
Selama beberapa saat, Veryn hanya menunduk dalam diam, menatap ponsel Zelo, tanpa berani menatap pemiliknya. Ia bisa merasakan anak itu masih menatapnya. Apa yang harus ia katakan pada Zelo sekarang? Bagaimana ia menjelaskan semua ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Misterio / SuspensoBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...