15 – Masa Lalu yang Menyebalkan
"Oh, trus anak ini ... dia adikmu?" Rangga akhirnya memperhatikan kehadiran Zelo.
Veryn menoleh sekilas pada Zelo, menghindari menatap mata Zelo.
"Ini Zelo, salah satu muridnya Pak Doni. Kita lagi nulis novel bareng," terang Veryn. "Kita tadi ke sini habis pertandingan basketnya di sekolah."
"Oh ya? Trus gimana hasil pertandingannya tadi?" Andre menatap Zelo antusias. "Aku dulu juga tim basket sekolah, lho," lanjutnya bangga.
Zelo tersenyum, tak mau repot-repot berpura-pura tulus. "Aku belum pernah sekali pun kalah sejak masuk tim basket sekolah."
"Wah, hebat banget ..." puji Andre. 'Sombong banget nih anak ...' lanjutnya dalam pikirannya.
Zelo mengalihkan tatapannya dari Andre, muak dengan pikiran pria itu.
"Kalian udah lama ketemu? Kayaknya kalian kok dekat banget," ungkit Rangga.
Zelo menatap pria itu dengan kesal. "Kalau ada yang perlu kalian omongin sama Veryn, omongin aja sekarang. Aku pengen pulang dan istirahat. Buang-buang waktu di sini cuma bikin aku tambah capek aja," katanya kasar.
Tatapan terkejut Veryn bukanlah apa-apa dibandingkan apa yang dipikirkan teman-teman Veryn itu kemudian. Seperti biasa, Zelo hanya perlu mengabaikan pikiran-pikiran buruk yang tidak ingin dan tidak layak ia dengarkan.
"Sori ya, kita jadi nyita waktu kalian," ucap Anin dengan nada menyesal.
Zelo memutar mata mendengar pikiran wanita itu, yang sepenuhnya berbeda dengan apa yang barusan diucapkannya dipikirannya.
"Bukan gitu. Cuma ... Zelo kan udah kelas tiga. Dia juga harus belajar buat persiapan ujian, kan? Makanya, dia juga jadi agak sensitif. Sori, ya ..." ucap Veryn.
Zelo ingin sekali membantah Veryn, tapi ia tidak tega mempersulit Veryn dalam situasi saat ini.
"Nggak pa-pa, kok. Kita ngerti," sahut Rangga cepat. "Kalau kalian mau, aku bisa antar kalian," tawarnya.
"Nggak perlu," balas Zelo tak kalah cepatnya. "Jangan ngerusak acara kalian karena kita." Dan jangan bikin mood-ku makin parah lagi.
"Jangan ngomong gitu. Aku sama sekali nggak keberatan buat ..."
Kalimat Rangga itu dipotong Zelo, "Kalau udah nggak ada yang mau kalian omongin sama Veryn, kita balik dulu."
Keempat teman Veryn saling bertukar tatap canggung.
Rangga berdehem. "Veryn, kalau kamu nggak keberatan, aku bisa minta nomer telpon kamu nggak?"
"Dia nggak bawa hapenya, soalnya tadi dia buru-buru. Kamu simpan aja nomer kamu di sini," Zelo yang membalas seraya menyerahkan ponselnya.
Rangga menatap ponsel Zelo ragu selama beberapa saat, sebelum akhirnya terpaksa mengambil alih ponsel itu dan memasukkan nomornya di sana.
"Aku minta nomer kamu biar aku bisa ngehubungin kamu kalau ada undangan acara dari teman-teman sekelas kita dulu, atau reuni," Rangga berusaha menjelaskan, meski menurut Zelo itu tak perlu. Toh Zelo sudah bisa mendengar, dan melihat, semua yang ada dalam kepalanya.
"Oh, benar juga. Dua minggu lagi Anin nikah, Ver," cetus Nimas.
'Anin? sama Rangga?' Veryn menatap Anin dan Rangga bergantian. 'Jadi, yang dulu pacaran itu Anin sama Rangga, bukan Nimas sama Rangga?'
"Eh ... kita udah lama putus kok," ucap Anin canggung.
Veryn melongo selama beberapa saat. "Apa? Siapa? Kenapa?" tanyanya kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...