24 - Hold Her

1.1K 160 15
                                    

24 – Hold Her

"Gimana keadaan Veryn?" serbu Liana saat ia masuk ke ruang perawatan Veryn. Kecemasan terdengar jelas dalam suaranya.

Zelo yang duduk di samping ranjang tempat Veryn berbaring, menggenggam tangan gadis itu, bahkan tak merasa perlu menoleh untuk tahu bahwa itu Liana.

"Nggak ada masalah serius. Nggak ada luka dalam. Nggak ada pendarahan di dalam kepalanya, untungnya. Cuma pendarahan di luar. Tenggorokannya juga nggak terluka separah Anin. Dia cuma kehilangan cukup banyak darah dan keadaannya sempat kritis karena stok darah buat golongan darahnya kosong. Untungnya aku punya golongan darah yang sama sama dia. Dia bakal baik-baik aja," urai Zelo.

Liana nyaris menangis karena lega, tapi dia menahannya karena ada Zelo. "Butuh seharian buat aku bisa keluar dari hotel. Penyelidikan udah dilakuin menyeluruh buat nyari pelakunya di seluruh hotel. Tapi, mereka nggak nemuin orang dengan ciri-ciri yang kamu sebutin tadi, jadi para tamu dikawal pulang. Aku juga baru aja ngantar Nania. Mereka kelihatannya masih pada shock gara-gara penyerangan ini."

"Kalau aja Veryn nggak terluka, aku pasti udah nangkap pelakunya," geram Zelo. "Orang itu ... dia bakal nyesal kalau ketemu aku lagi. Aku nggak bakal ngelepasin dia gitu aja."

Liana yang sudah berdiri di sebelah Zelo menepuk bahunya. "Aku benar-benar bersyukur karena ada kamu di sana tadi," ucapnya tulus. "Makasih udah nolongin dia. Kalau tadi kamu nggak ada ..."

"Jangan ngomongin apa yang nggak terjadi," Zelo memotong. "Itu cuma bakal bikin kamu ngerasa lebih buruk lagi."

Liana mengangguk. Dengan sedih ditatapnya Veryn. "Aku pikir, aku bakal bisa jagain dia ..." gumamnya. "Makanya, aku datang ke dia. Tapi, hari ini ..."

"Kamu udah ngelakuin yang terbaik buat ngelindungin dia. Semua ini terjadi di luar dugaan kita. Serangan di hari Minggu, di tempat yang penuh sama orang-orang. Ini beresiko banget, dan aku nggak tahu kenapa dia ngelakuin ini," desah Zelo.

"Apa maksudmu?" Liana memikirkan kemungkinan yang Zelo maksud, tapi tak berani mengungkapnya.

Zelo mengedikkan bahu. "Ini orang yang sama. Pembunuh berantai itu. Dia ngambil resiko hari ini."

Liana terkesiap. "Itu ... beneran dia?"

Zelo mengangguk.

"Gimana kamu bisa tahu?" tanya Liana penasaran.

Zelo mendengar pikirannya saat menyentuhnya tadi, tapi ia sudah memikirkan alasan lain untuk diberikan pada Liana. "Ini bukan penyerangan biasa, atau ancaman ke Anin. Anin juga nggak kenal orang itu. Dia berniat ngebunuh Anin tadi. Dia mungkin udah berhasil ngelakuin itu dan ngebuat itu jadi kasus pembunuhan serapi sebelumnya kalau aja Veryn nggak datang. Aku udah ngasih tahu Ardan tentang ini. Tapi, aku minta dia buat nggak nyebutin tentang ini ke yang lain karena suasana di sana mungkin bakal semakin kacau kalau mereka tahu."

"Ah, jadi tadi kamu yang telpon dia? Dia sempat nerima telpon tadi, tapi dia cuma bilang ke aku kalau itu cuma instruksi buat penyelidikan menyeluruh," gumam Liana.

"Aku juga udah minta dia buat ngawasin dan jagain orang tua Veryn," Zelo menambahkan.

Liana menatapnya dengan kening berkerut.

"Veryn ngelihat wajah pelakunya. Pembunuh itu ... Veryn ngelihat wajahnya," ungkap Zelo.

Liana terbelalak ngeri. "Nggak ..."

"Karena itu, orang tuanya mungkin juga dalam bahaya kalau pembunuh itu nemuin informasi tentang Veryn," jelas Zelo. "Karena itu, aku nggak bisa ninggalin dia."

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang