18 – Jangan Terluka Karenaku
'Oh, dia udah pulang? Beneran udah pulang? Udah di dalam rumah?'
Suara pikiran Veryn itu menyambut Zelo saat ia pulang.
'Apa dia bisa dengar apa yang aku pikirin? Dia beneran bisa lihat apa yang ada dalam pikiranku? Seberapa jauh dia bisa ngelihat dari pikiranku? Kalau dari sini aman, kan?'
Zelo urung masuk ke kamarnya dan menoleh ke arah dapur, tempat Veryn berpura-pura sibuk dengan makan siangnya, meskipun yang ia lakukan hanyalah memegang sendok, tanpa menyentuh makan siangnya.
'Tapi, ngapain dia pulang cepat? Jangan-jangan dia bolos lagi. Ah, bukan urusanku. Ngapain juga aku sibuk mikirin urusan dia padahal dia baru aja nipu aku?'
Zelo menghela napas berat. Masih mengenakan seragam sekolah, ia berjalan ke dapur. Veryn tampak terkejut dengan kehadiran tiba-tiba Zelo. Secepat kilat, gadis itu memalingkan wajah dan fokus menatap piringnya.
'Dia ngapain ke sini? Apa dia bisa dengar aku? Dia bisa lihat apa yang aku pikirin? Bahkan dari depan sana dia bisa? Apa dia juga bisa lihat apa yang aku pikirin pas aku ada di kamar? Pas di kamar mandi juga ...'
"Nggak perlu khawatir tentang itu." Suara Zelo membuat Veryn berjengit. "Aku selalu nyibukin pikiranku sendiri di saat-saat kayak gitu. Lagian, kamu juga nggak mandi sesering itu, jadi jangan khawatir."
Veryn berdehem. 'Anak kurang ajar ini, bisa-bisanya dia ngeledek aku di saat kayak gini. Emang dasar nih anak ... bentar deh, dia sekarang juga bisa dengar pikiranku, kan? Sekarang dia juga pasti ngelihat ke dalam pikiranku, kan? Nggak! Jangan mikir apa pun! Veryn, jangan mikirin apa pun atau kamu bakal mati! Nggak, bentar, dia juga dengar ini. Argh ... malu-maluin banget, sumpah ...'
"Kamu tuh ... berisik banget, kamu juga tahu itu, kan?" Zelo mendesah lelah seraya bergabung dengan Veryn di meja makan.
Veryn kembali berdehem. "Jadi ... kamu selalu ngikutin semua pikiranku, apa pun itu, selama ini?" ia memulai.
Zelo mengangguk tanpa menatap gadis itu.
Ia bisa merasakan tatapan tajam Veryn. "Apa pikiranku emang semenyenangkan itu buat dilihat, diketawain?"
Zelo mendesah berat dan akhirnya menatap Veryn. "Gimana aku bisa ketawa pas aku tahu hidupmu semenyedihkan itu?"
Veryn tertegun. 'Anak ini ... dia beneran tahu semuanya ...'
"Aku juga bukannya nggak berusaha buat nutup pikiranku, tapi ..."
"Nah!" seru Veryn dengan telunjuk mengarah ke wajah Zelo. "Kamu sengaja nggak nutup pikiranmu, trus makai kemampuan mengerikanmu itu buat ngelihat semua pikiranku, ngelihat masa laluku, dan ..."
"Udah aku bilang, aku bukannya nggak berusaha buat itu!" Zelo memotong keras. "Tapi, kamu tuh yang berisiknya keterlaluan," lanjut Zelo. Dan kamu nggak pernah berhenti bikin aku khawatir, tambahnya dalam hati. "Kalau aku bisa nutup pikiranku sesuka hati, aku lebih milih nutup pikiranku dari semua pikiran orang-orang. Tapi kenyataannya, nutup pikiranku tuh justru lebih sulit dari pada dengerin semua suara-suara itu, ngelihat semua gambaran-gambaran itu. Suara-suara yang aku dengar itu, gambaran yang aku lihat itu ... bukan hal yang bisa dengan mudah aku abaiin atau hindarin. Itu udah kayak angin, berembus gitu aja, dan nggak ada yang bisa aku lakuin buat ngehindarin itu. Aku udah ngelakuin sebisaku buat nggak ngelanggar privasi orang lain terlalu jauh. Aku juga udah berusaha ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Gizem / GerilimBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...