11 - Dia dan Pikirannya yang Melelahkan

1.2K 152 10
                                    

11 – Dia dan Pikirannya yang Melelahkan

Zelo mendengar gadis itu menggumamkan salah satu judul novelnya dengan irama salah satu lagu dalam kepalanya, seraya mengetikkannya di kotak google. Dalam hitungan detik, berbagai judul artikel tentang novelnya muncul di layar laptopnya. Veryn membuka salah satu blog yang me-review novelnya. Seketika itu pula, keriangannya lenyap.

Zelo mengernyitkan kening membaca review sinis penulis blog itu. Zelo memperhatikan ekspresi pucat di wajah Veryn. Tapi, itu tidak menghentikannya membaca apa pun isi tulisan blog itu. Dia terus membaca, dan membaca hingga pada beberapa komentar sinis lainnya dari pembaca blog itu.

Zelo harus sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menutup layar laptop Veryn saat itu juga saat membaca salah satu komentar yang menuliskan, "Penulis novel ini nggak punya otak atau gimana? Apa dia tahu apa yang dia tulis? Kalau dia nulis kayak gini, bukannya malah menyesatkan pembaca?"

Bahkan komentar lainnya ada yang mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mau membaca buku sampah macam itu.

Zelo memperhatikan tangan Veryn yang bergetar saat bergerak ke atas keyboard. Jangan katakan gadis itu akan membalas komentar itu. Zelo mendengus tak percaya mendengar pikiran Veryn.

'Aku cuma nulis itu berdasarkan dari salah satu artikel yang aku baca. Aku dapat informasinya dari artikel-artikel di internet juga. Aku bahkan udah nyari-nyari informasi tentang itu sampai ngelewatin jam tidurku. Aku bukannya nggak berusaha buat nyari informasi buat materi tulisanku.

'Aku bahkan nggak tidur demi nonton film-film dengan tema yang sama buat referensi. Aku bukannya nulisin itu tanpa dasar, aku bukannya nulis itu semua sesuka hatiku. Aku juga ... harus mikir setiap hari, setiap malam, setiap detik, tentang jalan ceritanya, tentang kelogisan ceritanya. Tapi kayaknya, semua itu masih belum cukup buat orang-orang ini ...

'Mungkin aku emang harus minta maaf. Dan ... aku mau ngomong apa coba? Ah, iya, karyaku emang masih jauh dari sempurna. Aku masih banyak ngelakuin kesalahan dalam penulisan juga. Aku harus minta maaf dan ...'

"Kamu tuh ngapain, sih?" Zelo sengaja mengeraskan suaranya untuk menarik perhatian Veryn.

Tapi, meskipun akhirnya gadis itu menatapnya, tatapannya masih kosong dan dia tampak terpukul. "Apa? Aku ... kenapa?" tanyanya bingung.

Zelo berpikir cepat. "Bisa tolong ambilin aku air, nggak? Aku haus nih, tapi aku lagi nulis bagian yang penting. Ntar kalau aku tinggal, tulisannya bisa kacau."

Veryn tidak membantah ataupun mengatai Zelo kurang ajar. Gadis itu hanya mengangguk dan berdiri, lalu menyeret langkahnya ke dapur.

'Aku udah berhasil nutup mata dari semua komentar itu selama setahun terakhir. Kenapa sekarang aku mulai lagi? Kayaknya aku emang terlalu gembira tadi. Dan ya, aku emang penasaran. Penasaran, dengan begonya. Tapi tahun lalu, kalau bukan karena Feli, aku pasti nggak bakal bisa nulis lagi karena terlalu terpukul gara-gara komentar itu. Sekarang ... aku harus gimana? Aku nggak yakin aku bakal bisa nulis dalam waktu dekat. Tapi, Zelo ...'

Pikiran putus asa Veryn itu membuat Zelo menyusul gadis itu. Setidaknya ia harus menjauhkan diri dari laptop Veryn agar tidak membanting benda itu.

***

"Kamu tuh, lama banget, sih!" Suara keras Zelo itu menyentak Veryn, membuat air yang dituangnya ke gelas tumpah ke meja.

Veryn ingin meneriaki Zelo, ini semua karena dia mengejutkan Veryn. Tapi, ia sudah tak punya tenaga untuk berteriak pada anak itu. Selama beberapa saat, ia hanya bisa berdiri di sana, menatap air yang menggenang di atas meja makan. Pemandangan itu lenyap dalam hitungan detik ketika Zelo mengeringkan genangan air itu dengan tisu, lalu tanpa kata, ia menarik Veryn ke pintu belakang.

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang