10 – Dia dan Pikirannya yang Konyol
"Kamu ..." Liana menunjuk wajah Zelo dengan geram.
"Aku benar-benar udah ngerti, apa pun yang mau kamu omongin itu," ucap Zelo santai seraya menuangkan air dingin ke gelas.
"Bahkan meskipun dia tuh luar biasa bodoh dan nggak bisa ngerti, kamu nggak bisa manfaatin dia," ancam Liana. "Kamu nggak boleh ..."
"Udah aku bilang, aku tahu, Liana," sela Zelo. "Udah aku bilang kan ke kamu, di mataku, dia tuh cuma anak kecil yang nggak bisa jaga dirinya sendiri. Kamu juga lihat sendiri kan, kelakuan temanmu itu?"
Liana menghela napas berat. "Nggak tahu lagi deh, apa yang harus aku lakuin sama anak itu."
Zelo meringis. Itu, ia setuju.
"Siapa yang ngira, kalau di belakang sikap dinginnya itu, dia tuh ternyata cuma cewek bodoh yang ceroboh kayak gini?" desah Liana.
Zelo mengangguk menyetujui. "Kamu benar tentang masalah yang kamu sebutin ke aku kemarin," katanya. "Dia nggak bakal ngebiarin aku ngelihat kelemahannya."
Liana menatap Zelo. "Aku ... benar-benar bisa percaya sama kamu, kan?"
Zelo mengangguk. "Aku bahkan nggak mandang dia sebagai seorang cewek, jadi jangan khawatir lagi."
Liana mengangguk. "Mungkin ntar bakal agak sulit buat kamu, tapi ... kamu harus nahan diri, oke? Bahkan meskipun ntar kamu suka sama dia, kamu ..."
"Apa kita lagi ngomongin cewek yang sama?" sela Zelo geli.
Liana mengangguk.
"Kalau gitu, nggak ada yang perlu kamu khawatirin," tandas Zelo. Tapi bahkan meskipun Zelo sudah mengatakan itu, Zelo masih bisa melihat kecemasan Liana dalam kepalanya. Dengan sangat jelas.
Zelo tak mengerti, bagaimana bisa Liana menyimpulkan bahwa Zelo mungkin akan menyukai gadis bodoh itu? Sepertinya bukan hanya jalan pikiran Veryn saja yang tidak bisa ia mengerti.
***
"Aku lapar," celetuk Veryn tiba-tiba.
"Kita baru aja makan siang." Zelo menatap Veryn takjub tatkala gadis itu bahkan sudah melompat berdiri sebelum kalimatnya selesai.
"Aku lapar," ucap gadis itu lagi seraya setengah berlari ke arah dapur.
Zelo mendengus tak percaya. Makhluk apa yang sedang ia hadapi ini?
Tak lama kemudian, Veryn kembali ke ruang tamu dengan membawa semangkuk sereal, sepiring roti tawar, selai cokelat, dan susu.
"Aku mau bikin camilan yang enak," kata Veryn penuh percaya diri. "Kamu mau?"
Zelo langsung menggeleng cepat.
"Kamu bakal nyesal," cibir Veryn seraya menuangkan susu ke mangkuk serealnya. Dia sibuk berceloteh tentang betapa enaknya camilan yang sedang dia buat sembari mengolesi roti tawar dengan selai cokelat dalam kadar yang sedikit berlebihan.
Zelo hanya bisa menatap dengan ngeri ketika Veryn mengiris roti selai cokelatnya dan memasukkannya ke mangkuk serealnya.
"Ini ... kamu sebut camilan?" Zelo menatap Veryn tak percaya.
Veryn mengangguk bahkan tanpa menatapnya. Mengabaikan Zelo, dia mulai melahap camilannya sembari melanjutkan menulis di laptopnya. Hanya dengan melihat tampilan camilan Veryn saja, Zelo sudah kenyang. Benar-benar kenyang.
***
"Kok aku ngantuk, ya?" gumam Veryn hanya beberapa menit setelah camilannya habis.
Zelo lagi-lagi mendongak dari laptopnya. Ia menatap Veryn dengan tatapan datar. Ia sama sekali tidak heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...