7 - First Work

1.2K 155 11
                                    

7 – First Work

"Bahkan meskipun ini rumahmu, nggak seharusnya kamu masuk kamarku sembarangan." Komentar sinis itu keluar dari bibir Zelo ketika Veryn masuk ke kamarnya tanpa permisi ataupun ketukan pintu.

"Kamu tuh emang nggak bakal nyerah buat bikin aku kesal, ya?" balas Veryn sins. "Kamu tuh nggak bisa ya, bersikap sopan sama seniormu? Karena aku yang bakal ngajarin kamu, harusnya kamu tuh ..."

"Aku tahu, aku tahu," sela Zelo gusar. "Nggak usah diulang-ulang lagi, bisa nggak?"

Veryn mendengus. "Kayaknya percuma aja aku ngomong sama kamu. Kalau bukan karena Pak Doni, aku nggak bakal mau repot-repot ngurus kamu."

Zelo yang sedang menata buku-bukunya mendadak menghentikan kegiatannya dan memutar tubuh untuk menatap Veryn.

"Kamu suka sama Pak Doni?" tembak Zelo.

Veryn terbelalak mendengarnya. Ia bisa merasakan wajahnya panas. Anak kurang ajar ini benar-benar ...

"Dengar ya, Pak Doni tuh udah banyak ngebantuin aku pas di sekolah dulu. Aku banyak belajar tentang nulis dari Pak Doni. Makanya, aku juga nggak bisa nolak permintaan Pak Doni, bahkan meskipun itu buat ngurus anak kurang ajar kayak kamu. Jadi kamu, jangan bikin masalah selama tinggal di sini, ngerti?" Veryn menatap Zelo penuh peringatan.

Zelo menatap Veryn selama beberapa saat, tak sedikit pun tampak gentar. Lalu, tanpa menjawab, anak itu kembali berbalik dan melanjutkan merapikan bukunya. Veryn menatap anak itu dengan geram.

"Aku ke sini cuma buat ngasih tahu kalau aku udah pesan makan malam. Sebelum belajar, makan dulu sana. Habis itu jangan lupa cuci piringnya," lanjut Veryn ketus, sebelum akhirnya meninggalkan kamar Zelo.

Veryn berdiri di depan pintu kamar Zelo selama beberapa saat. Untuk ukuran seorang anak kurang ajar, Zelo cukup rapi. Setidaknya karena itu Veryn akan memberikan kelonggaran pada anak itu. Jika bukan karena Pak Doni, juga karena kerapian dan kebersihannya, Veryn pasti sudah menendangnya keluar dari rumah ini.

***

"PR-mu udah kelar semua?" tanya Veryn ketika ia bergabung dengan Zelo di sofa ruang tamu.

Zelo mengangguk. "Nggak ada banyak PR, jadi aku bisa cepat ngelarinnya."

"Wah, kayaknya kamu emang pintar ya, kayak yang diomongin Pak Doni," kata Veryn seraya melemparkan buku catatan kosong ke arah Zelo. "Kamu coba tulis cerita, tentang apa pun, biar aku bisa lihat apa kamu benar-benar bisa nulis. Aku udah nelpon editorku dan dia udah ngasih izin buat proyek ini jadi proyek duet. Tapi ya pastinya, aku nggak bisa dong kalau kamu nggak cukup bagus."

Zelo tak mengatakan apa pun dan mengambil bolpoin, sebelum memulai menulis di buku catatan yang diberikan Veryn tadi. Dia tak mengatakan apa pun dan hanya menulis. Veryn mengawasi anak itu lekat.

"Apa kamu bakal ngelihatin aku terus kayak gitu?" Zelo terdengar terganggu.

Veryn berdehem. "Lakuin aja deh, tugas kamu dan jangan peduliin aku," tukasnya.

Zelo mendengus kasar, tapi tak mengatakan apa pun dan terus menulis. Anak itu bahkan sepertinya tak butuh berpikir. Dia menulis, menulis, dan ...

"Udah kelar?" Veryn mengangkat alis ketika Zelo tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Veryn kesal.

"Kamu tuh, emang selalu berisik banget, ya?" Dari suaranya, jelas anak itu sedang berusaha menahan kekesalannya.

Veryn mengerutkan kening. "Aku? Berisik?"

Zelo menarik napas dalam, menggeleng, lalu kembali menunduk dan melanjutkan menulis. Veryn mendengus tak percaya. Zelo benar-benar menakjubkan. Caranya berpikir tentang kata 'berisik' luar biasa menakjubkan.

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang