4 - Terjebak Dengan Si Menyebalkan

1.3K 167 17
                                    

4 – Terjebak Dengan Si Menyebalkan

"Heh, ini belum jam istirahat, ya! kamu bolos, ya?!" seru Veryn pada anak itu.

Anak itu menghentikan langkah, lalu berbalik. Veryn sudah hendak mengomelinya lagi ketika rombongan murid-murid lain sudah membanjiri kantin. Anak itu mengangkat sebelah alisnya dengan meledek, lalu memakai headphone-nya dan berbalik. Veryn mendengus tak percaya. Anak itu benar-benar ...

"Veryna?" Panggilan itu sontak membuat Veryn menoleh kembali ke depan.

"Pak Doni," sapa Veryn seraya bergegas berdiri dan menghampiri Pak Doni yang berdiri di koridor depan kantin, tepat di seberang mejanya.

"Gimana kabarmu? Udah berapa tahun kamu nggak ke sini?" tanya Pak Doni.

Veryn tersenyum. "Baik, Pak. Udah tujuh tahun, kan?"

Pak Doni mengangguk. "Kamu datang sendiri? Mau ngunjungin guru-guru?"

Veryn berpikir cepat untuk memberikan jawaban yang tidak akan menyinggung gurunya itu. "Saya datang sendiri, Pak. Tapi ... saya ke sini sih, karena ada beberapa hal yang pengen saya tahu, Pak."

"Oh ya? Kamu lama nggak pernah kelihatan dan mendadak datang ke sekolah kayak gini bukan karena kangen sama sekolah atau guru-gurunya?" Pak Doni melotot pura-pura kesal.

Veryn meringis. "Saya kangen sih Pak, sama sekolah. Tapi, saya nggak ada temannya mau ke sini. Nah ini, sekalian saya ada perlu makanya saya mampir." Veryn tersenyum meminta maaf.

Pak Doni tersenyum geli. "Teman-temanmu aja masih sempat ngunjungin sekolah. Cuma kamu aja kayaknya yang udah lupa sama sekolah ini," komentar Pak Doni.

"Bukan gitu, Pak. Saya agak ... eh, sibuk gara-gara kerjaan. Makanya, saya juga jarang keluar rumah," beritahu Veryn.

Pak Doni mengangguk-angguk. "Teman-temanmu juga nggak ada yang pernah lihat kamu. Satu-satunya tanda kehidupanmu tuh cuma novel-novel yang kamu tulis itu."

Veryn tersenyum kecil.

"Di sekolah ini ada banyak lho, fans-mu. Tapi, karena kamu sulit dihubungi, Bapak nggak bisa nurutin permintaan mereka buat ngundang kamu ke sini. Mereka jadi mulai nggak percaya pas Bapak bilang kalau dulu Bapak ini pernah ngajar kamu," ungkap Pak Doni.

Veryn meringis. "Lain kali kalau Pak Doni ngundang saya, saya pasti datang, deh," janjinya.

Pak Doni tersenyum dan mengangguk. "Tapi ... tadi kamu bilang kamu ke sini pengen nyari tahu. Nyari tahu apa, Ver?"

"Ah, itu ..." Veryn memikirkan kata-kata yang tepat. "Sebenarnya, saya ke sini buat nyari Pak Doni dan ... minta tolong."

Pak Doni mengerutkan kening. "Oh ya? Minta tolong apa?"

"Itu ... tentang kasus pembunuhan itu ..."

"Oh, kamu juga udah dengar tentang kasus itu?" tanya Pak Doni cemas.

Veryn mengangguk. "Kemarin saya ketemu Liana sama Nania, Pak. Mereka bilang kalau saya harus hati-hati. Tapi, saya nggak pernah cari musuh pas sekolah dulu, jadi ..."

"Mereka yang dibunuh juga bukan murid yang bikin masalah, Veryn," sela Pak Doni. Gurunya itu lantas menatap sekitarnya, lalu ia memanggil seorang murid bernama Zelo.

Veryn memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang dipanggil Pak Doni, dan ia mengerutkan kening ketika sosok anak laki-laki kurang ajar tadi muncul di balik kerumunan murid-murid lainnya dan menghampiri mereka.

"Zelo, ini Veryna. Dia alumni sekolah ini dan ... kita bisa ngomongin masalah ini nanti. Jadi, kamu tolong temenin dia sampai waktu istirahat selesai, habis itu tunggu Bapak di depan perpustakaan," perintah Pak Doni.

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang