9 – Gadis yang Polos, atau Bodoh?
"Semalam kamu ke mana?" tanya Zelo saat mereka sarapan pagi itu.
"Jalan-jalan. Kalau bosan atau pengen nyari udara segar dan inspirasi, biasanya aku jalan-jalan keluar. Tapi, aku lebih suka jalan-jalan pas malam, sih, soalnya aku nggak perlu ketemu banyak orang. Aku juga bisa nikmatin suasana malam yang tenang. Aku jadi bisa mikirin jalan cerita buat novelku juga," jawab Veryn tanpa menatapnya. "Tapi ... kamu kok tahu semalam aku keluar? Kamu belum tidur semalam?"
Zelo berdehem. "Belum. Aku lagi mikirin lanjutan buat ceritanya. Makanya, pas ada yang perlu aku tanyain ke kamu tentang proyek itu, aku ke kamarmu. Kan, aku nggak punya nomermu. Tapi, pas ke kamarmu, ternyata kamu nggak ada."
Veryn mengangguk-angguk. "Iya, ya. Kita udah pernah ngebahas masalah nomer itu sebelumnya, tapi aku lupa buat ngasih nomerku ke kamu," gumamnya. "Hapemu mana?" tanyanya kemudian.
"Di kamar," jawab Zelo.
Veryn beranjak dari duduknya.
"Kamu mau ke mana?" buru Zelo.
"Ngambil hapemu. Kamu bilang, kamu nggak punya nomerku, kan?" balas Veryn tanpa menghentikan langkahnya.
"Bukan itu masalahnya," desis Zelo.
Tak lama kemudian, Veryn sudah kembali dan berkata, "Aku udah nyimpan nomerku di hapemu. Di panggilan cepat nomer satu."
Zelo menatap Veryn tak percaya. "Menurutmu, kamu sepenting itu buat aku?"
"Siapa tahu ntar kamu bikin masalah. Kan sekarang kamu tuh tanggung jawabku, jadi kalau ada apa-apa, kamu harus ngehubungin aku, kan?" balas Veryn santai.
Zelo mendengus tak percaya. Jika ada apa-apa, ia akan mengurusnya sendiri, lebih baik daripada jika Veryn yang mengurusnya.
"Dan kamu, bisa-bisanya kamu jalan-jalan pas lagi makan?" desis Zelo. "Kamu nggak boleh ninggalin makanan kamu pas lagi makan. Itu aturan makan yang harusnya udah kamu pelajarin dari kecil, kan?"
"Ish, iya, aku tahu. Tapi kan, ada hal yang lebih mendesak yang kalau aku nggak buru-buru ngelakuin itu, akunya keburu lupa," lagi-lagi Veryn membalas begitu santai.
"Nggak heran sih, ngelihat cara hidupmu sejauh ini," dengus Zelo, yang diabaikan Veryn.
Gadis itu berpikir bahwa dia mulai terbiasa dengan sikap kurang ajar Zelo, dan lagi-lagi Zelo mendengus karenanya.
"Ah," seru Veryn tiba-tiba seraya berdiri.
"Kenapa?" cemas Zelo, entah kenapa.
"Ada yang harus segera aku tulis," katanya seraya berdiri dari kursinya lagi, lalu setengah berlari meninggalkan dapur.
Zelo mendengus tak percaya ketika mendengar pikiran gadis itu. Saat ini, ia sedang menuliskan tambahan sikap untuk karakter Zen; cerewet. Zelo tak punya pilihan selain meredam emosinya. Ia benar-benar mencemaskan Veryn untuk hal yang sangat bodoh.
Zelo mendesah berat seraya melanjutkan sarapan. Sejak Zelo melihat mimpi masa lalu Veryn, sekarang ia punya kebiasaan baru; mencemaskan Veryn. Dan kali ini, untuk hal yang tidak penting.
***
"Waktu bermainmu cuma sampai jam sepuluh." Kata-kata Veryn itu terus-menerus terngiang di kepala Zelo.
Waktu bermain. Zelo memang sedang bermain basket di halaman belakang, tapi cara Veryn mengatakan 'waktu bermain' membuat Zelo merasa seolah ia sedang bermain pasir atau mobil-mobilan seperti anak kecil. Bahkan setelah menghabiskan satu jam terakhir dengan melemparkan bola oranye di tangannya sekuat tenaga ke arah ring untuk mengurangi kekesalannya, ia masih bisa merasa cukup kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...