[21] Di Perpustakaan

121 19 1
                                    

Selamat membaca🙇
Maaf banget kalau kurang ngefeel yah. Maklum masih belajar nulis cerita yang baik dan benar.

Kalau ada typo/ kesalahan dalam penulisan, komen aja. Disini menerima kritik dan saran kok😊

...

Hari senin adalah hari yang paling menyebalkan bagi murid-murid SMA Bhakti. Karena mereka harus berpanas-panasan mendengar pidato panjang lebar yang disampaikan Pak Asep.

Beberapa siswi memilih jongkok agar terhalang dari sinar matahari. Takut kulit yang sudah dirawatnya rusak.

"Demikian pidato yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat untuk kalian semua. Kurang lebihnya mohon maaf, wassalamualaikum wr wb." Pak Asep mengakhiri pidato nya. Membuat beberapa murid menghela nafasnya lega karena sebentar lagi upacara selesai.

"Pak Asep ngomong panjang lebar tapi muter-muter njir, capek gue dengerinnya." Keluh Joan yang langsung mendapat jitakkan pedas dari Rio.

"Gak ada ahlak amat lu ama guru. Pantesan kaga pinter-pinter." cibir Rio yang membuat si empunya kepala meringis kesakitan akibat jitakannya.

"Sialan lo Ri. Mending kaga usah masuk lagi lu njing."

Joan kaget ketika Bintang memukul bibirnya lumayan keras yang menyebabkan rasa panas dibibirnya.

"Kasar amat tuh mulut." ujar Bintang sok benar. Padahal dirinya juga sering berkata kasar seperti itu.

"Kenapa si lo berdua demen banget nyakitin gue! Gak suka gue tuh diginiin." ungkap Joan mendramatisir membuat kedua temannya bergidik geli.

Mereka bertiga berada dibarisan tengah sehingga tidak akan terlihat guru jika mereka mengobrol. Sedangkan Aska, ia memilih berada di barisan ke-empat dari depan tepat disamping Caramell. Memang dasar bucin.

"Muka lo, cocok jadi korban soalnya Jo." ejek Bintang membuat Joan semakin menekuk wajahnya.

Memang diantara mereka, Joan lah yang selalu menjadi korban ejekan mereka semua. Bukan karena Joan memiliki wajah jelek, bukan. Tetapi memang Ia sangat pas untuk dijadikan bahan bullyan teman-temannya.

"Awas lo pada minta traktir sama gue, Gak akan gue kasih! Liat aja." ancam Joan kesal dengan teman-temannya yang tidak tahu diri itu.

"Pemimpin barisan membubarkan barisannya." ujar sang Protocol upacara lalu mengucapkan salam penutup sebagai tanda berakhirnya upacara.

Setelah dibubarkan, mereka semua berhamburan. Ada yang pergi ke kantin, ke kelas bahkan beberapa siswi memilih duduk dibawah pohon rindang untuk sekedar berteduh dari teriknya matahari.

"Sejak kapan lo pakai kalung beginian Ri?" Joan menatap kalung yang dipakai Rio dilehernya.

"Baru, kemarin gue gak sengaja ngeliat terus naksir, langsung aja gue beli."

"Kek cewek lo pake begituan." cibir Bintang.

Rio mendelik, "Ini mah buat cowok. Kalau cewek beda lagi modelnya." jawab Rio sebal dengan teman-temannya yang norak ini.

Mereka berjalan menuju kantin yang saat ini mulai ramai siswa-siswi yang ingin mengisi perutnya setelah berdiri selama kurang lebih 2 jam.

"Lo duluan aja ke perpus, nanti gue nyusul." ujar Bella yang sedari tadi jingkrak-jingkrak tidak jelas membuat Mentari menatapnya heran.

"Lo kenapa sih?"

"Gue kebelet. Bye!" Bella mengibrit ke arah kamar mandi karena sudah tidak tahan ingin membuang air kecil yang sedari tadi Ia tahan saat upacara tadi.

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang