[26] I Promise

96 15 5
                                    

Kita gak pernah tau kemana dan kepada siapa hati kita berlabuh.

-Mentari Kirana.

✨✨✨

"Gue pernah bilang sama lo jangan deket-deket Bintang tapi lo gak nurutin apa kata gue jadi dengan terpaksa gue ngelakuin ini." Cewek itu menghadap Mentari yang saat ini duduk terikat dikursi kayu.

"Lo gila! Cuma karena cowok lo sampe ngelakuin hal ini ke gue. DIMANA OTAK LO?"

PLAK

Sebuah tamparan kerasa mendarat dipipi mulus Mentari. Perih, itulah yang ia rasakan saat ini.

"BERANI LO BENTAK GUE? HAH!"

PLAK

Sebuah tamparan keras kini mendarat lagi dipipi kiri Mentari, sampai membuat wajahnya berpaling kesamping.

Ingin rasanya ia menangis saat ini, tapi Mentari tidak boleh lemah dihadapan Friska saat ini. Jika dia lemah maka Friska akan semakin senang melihatnya.

"Mau lo apa?"

Friska terkekeh, "Lo nanya mau gue apa? Mau gue lo jauhin Bintang."

"Oke kalau itu mau lo, gue bakal lakuin sekarang juga."

Friska tertawa kencang, "Lo telat. Gue gak percaya kata-kata lo. Mana mungkin lo bisa buat ngejauh dari Bintang."

"Gue janji, kalau lo ngelepasin gue, gue bakal pergi jauh dari Bintang. Gue mohon lepasin gue Friska!" ujar Mentari memohon.

Friska Menatap tajam wajah Mentari, ia menyeringai bagaikan psikopat, Mentari sampai ngeri melihatnya.

"Apa kata lo? Mau ngejauhin Bintang? Gue gak percaya sama mulut sampah lo itu."

Friska Mengusap pipi Mentari yang memerah akibat tamparannya tadi, "Pipi lo mulus banget, pake skincare apa?"

"Friska gue mohon lepasin gue dari sini! Lo bisa masuk penjara kalau lo nyakitin gue. "

Friska menatap tajam Mentari kemudian tertawa kencang. "Apa kata lo? Penjara? Lo lupa? Bokap gue punya uang yang banyak. Walaupun gue masuk penjara gak bakal bertahan lama."

"Gila!" teriak Mentari tepat didepan wajah Friska.

Sedangkan Friska semakin marah dibuatnya, sekali lagi ia menampar pipi Mentari lebih kencang dari sebelumnya.

Mentari tidak tahan lagi, ia menangis memohon agar dilepaskan.

Mengapa banyak sekali masalah yang menimpanya.

🌞

"Jo, tolong minta bantuan Davin buat lacak keberadaan Mentari, Jo!"

"Emang lo yakin yang telphone tadi Mentari?" tanya Joan. Tiba-tiba saja Bintang datang kerumahnya dengan wajah panik kemudian Bintang menceritakan ada seseorang yang meminta tolong padanya, dan Bintang bilang kalau itu Mentari. Tetapi Joan ragu, bagaimana kalau itu hanya orang iseng?

"Gue hafal suara dia, itu juga nomer yang sering ngespam gue!"

"Asiikk, kaya nya temen gue mulai luluh nih," masih sempat-sempatnya Joan menggoda Bintang yang sedang dalam keadaan Panik seperti ini.

"Gak usah banyak bacot. cepet hubungin si Davin!"

Joan segera menghubungi Davin untuk mencari tahu keberadaan ponsel Mentari yang sempat menelepon Bintang tadi. Ia meminta tolong pada Davin karena Davin merupakan ketua Geng Elang dan Davin tahu caranya melacak nomor ponsel seseorang, Ia terbiasa melakukan hal itu saat melacak keberadaan musuhnya.

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang