"Tar, luka lo masih belum sembuh juga?" tanya Bella yang memperhatikan wajah Mentari dengan seksama.
"Baru juga beberapa hari bell, masih basah lukanya." jawab Mentari seraya menulis dibukunya, karena saat ini masih berlangsung jam pelajaran.
"Kenapa bisa gini sih Tar? Setiap gue tanya lo alibi terus." tanya Bella yang dibalas helaan nafas Mentari. membuat Bella menatapnya curiga. "Apa karena mamah lo lagi?" Tanya Bella, lebih tepatnya menebak dan tepat sasaran.
Mentari terdiam ia masih asyik menulis jawaban.
"Gue bener kan?" tanya Bella memastikan.
"Mentari!" Bella menyenggol lengan Mentari yang sedang menulis sehingga tulisannya menjadi tercoret.
Ia mendengus. "Diem napa Bell." ujar Mentari kesal.
"Gak, lo harus jawab dulu!" paksa Bella sehingga mau tidak mau Mentari harus menjawab jujur.
Ia menghela nafasnya. "Iya, lo benar." Bella membelalakan bola matanya kaget. "Ko bisa si Tar? Kenapa lagi emangnya?" tanya Bella yang khawatir akan keadaan Mentari dan Tante Tyas.
Mentari menatap Bella. "Mamah kumat lagi, dan alhasil gue yang kena sasaran amukannya." jawab Mentari. sebenarnya sudah biasa ia seperti ini, selalu menjadi sasaran amukan mamahnya yang sedang kumat.
Namun luka di dahinya tak seberapa dibanding luka di hatinya yang sudah parah sampai saat ini.
Ingin rasanya Bella menangis, namun ia tahan air matanya. "Kenapa lo gak cerita sama gue sih Tar? Lo udah gak anggap gue sahabat lo lagi? Iya?" tanya Bella dengan nada kecewa, kenapa hal seperti ini Mentari tidak mau bercerita dengannya. Padahal mereka bersahabat, apa Mentari tidak mempercayai dirinya?.
Mentari menggenggam tangan Bella. "Bukan gitu maksud gue Bell. Gue cuma gak mau nambahin beban buat lo, karena gue tahu semua orang pasti punya masalahnya masing masing. lagi pula gue udah biasa kok kaya gini, kan gue cewek strong." ujar Mentari dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Bella mengerucutkan bibirnya. "Strong-strong, palelu strong. Noh liat jidat lo luka kaya gitu masih dibilang strong!" sewot Bella. Mntari terkekeh geli melihat reaksi sahabatnya yang sedang mengkhawatirkan dirinya. dalam hati Mentari berterima kasih pada tuhan, karena sudah mengirimkan Bella untuknya.
"Mentari!" Mentari menoleh ketika Pak Anton memanggilnya.
"Tolong kamu taruh buku-buku ini ke perpus." perintah Pak Anton, lalu Mentari segera menghampiri Pak Anton dan membawakan buku itu ke perpustakaan.
Mentari berjalan seorang diri dengan membawa beberapa tumpuk buku ditangannya.
Ia melewati lapangan dan melihat Bintang sedang berada disana. Senyum Mentari terbit, ia berniat menghampiri Bintang. namun ia harus mengurung niatnya itu, karena harus menaruh buku-buku ini ke perpus.
Dengan segera Mentari pergi ke perpus untuk menaruh buku buku ini disana, dan setelah itu menghampiri Bintang. sebelum menghampiri Bintang, Mentari berniat ke kantin terlebih dahulu untuk membelikan minum untuk Bintang. karena ia tahu, setelah bermain basket dibawah teriknya matahari, bintang pasti lelah.
Dengan langkah penuh semangat ia berjalan menuju lapangan untuk menemui Bintang setelah kembali dari kantin.
Tiba-tiba Mentari menghentikan langkahnya, saat melihat Friska sudah lebih dulu memberi Bintang minum. dan sialnya Bintang mau menerima minuman itu, biasanya jika Mentari yang memberi Bintang akan menolaknya mentah-mentah.
Saat ini Friska sedang mengelap keringat di dahi bintang. Friska dua langkah lebih unggul darinya.
Mentari melangkahkan kakinya menuju tempat bintang dan Friska, hatinya berdenyut sakit melihat kedekatan mereka berdua. tapi Mentari tidak boleh kalah dari Friska, ia pasti bisa meluluhkan Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASTROPHILE
FanfictionIni tentang Mentari yang mencoba menggapai sang Bintang. Akankah Ia berhasil meraih sang Bintang ? Ataukah ia menyerah dan memilih menatap Bintang dari kejauhan? ... "Kamu terlalu jauh tuk ku gapai." "Kamu, bintang yang nyata untukku." ... RANK 🏆 1...