[32] Sebuah Janji

93 13 6
                                    

Happy Reading

Mentari pura-pura tak mendengar seseorang yang memanggilnya, ia tetap berjalan lurus ke depan. Seharusnya tadi dia menunggu Bintang berbicara dengan wakilnya dulu.

"Kiran," Oskar menghalangi jalan Mentari.

"Apa?!" tanya Mentari ketus.

"Bisa aku bicara sama kamu sebentar?" pinta Oskar penuh harap.

"Ngomong tinggal ngomong, apa susahnya." sahut Mentari malas. Sejujurnya ia sudah tidak ingin melihat wajah Oskar lagi, rasa sakit dimasa lalu kembali muncul saat bertatap muka dengan Oskar.

"Nggak disini tapinya, bisa kita cari tempat yang lebih nyaman untuk bicara?"

Mentari berdecak malas, dan menatap wajah Oskar sebal. "Kalau lo mau ngomong sama gue, ya disini aja. Gue gak mau nanti Bintang liat dan mikir yang macem-macem,"

"Jadi bener tentang kamu dan cowok itu?" tanya Oskar seperti tidak rela jika Mentari harus bersama lelaki lain. Ini semua karnanya, andai dia bisa menjaga kepercayaan Mentari, mungkin saat ini mereka masih bersama. Tapi mau bagaimana lagi? Penyesalan tidak akan mengubah apapun.

"Iya."

"Kiran jujur aja aku masih suka sama kam-"

"Gue nggak!" potong Mentari cepat. Sungguh muak ia untuk mendengar kebulshittan cowok didepannya ini.

"Kenapa?"

"Kenapa? Lo tanya kenapa? Lo lupa atau pura-pura lupa?"

Oskar terdiam.

"Satu hal yang harus lo tau, saat ini gue udah jadi milik orang lain. Dan lo, jauh-jauh deh dari gue." ucap Mentari penuh penekanan. Setelah mengatakan itu ia cepat-cepat melangkah ke kelasnya meninggalkan Oskar sendiri.

Namun, entah mengapa ada perasaan tidak tega melihat raut wajah penyesalan Oskar, apa tadi Mentari terlalu kasar? Tapi mau bagaimana lagi, hatinya sudah tidak bisa menerima Oskar seperti dulu lagi.

"Asem banget muka lo pagi-pagi," Bella duduk didepan Mentari yang sedang melamun. Entah apa yang sedang dipirkirkan sahabatnya ini.

"Lo kenapa Tar? Berantem sama Bintang?" tebak Bella yang dibalas gelengan kepala oleh lawan bicaranya.

"Terus?"

"Gue ketemu Oskar,"

"Mantan lo yang sialan itu? Ngapain dia? Gangguin lo hah? Bilang sama gue biar gue tempeleng tuh cowok, udah mantan kok masih aja deket-deket. Biar apa coba? Biar baper lagi gitu sama dia hah?! Pede gile tuh cowok. Emang dasar cowok sok kegantengan, pengen banget gue tendang ke rawa-rawa rasanya cowok yang kek gitu." cerocos Bella menggebu-gebu.

Sedangkan Mentari terkekeh melihat sahabatnya seperti itu.

"Kok lo ketawa, Tar?" tanya Bella heran melihat raut Mentari yang berubah seketika.

"Gue lagi belain lo, kok lo malah ketawa sih,"

"Lo lagi belain gue atau lagi lampiasin kekesalan lo sama mantan lo itu?" tanya Mentari.

Kini gantian, raut wajah Bella yang berubah masam.

"Dua-duanya si," jujur Bella.

"Ada apa lagi?" tanya Mentari yang kepo dengan urusan Bella.

"Mas mantan nge-chattin gue mulu," cerita Bella kesal.

"Seneng dong lo?"

"Seneng apanya jrit! Jijik iya."

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang