Siapa Dia?

945 108 7
                                    

Alena sangat nyenyak tidurnya hingga suara ketukan pintu dia tidak mendengarnya. Suara ketukan pintu itu semakin keras membuat tidurnya terusik.

"Siapa sih yang ketuk pintu sepagi ini." gerutunya karena benar sang surya saja belum menonjolkan sinarnya.

Dia bangkit dan melihat seseorang yang mengetuk pintunya. Tunggu? Bukan suara pintu kamar, melainkan suara ketukan dari pintu balkonnya yang tertutup tirai. Ia tidak bisa melihat jelas sosok itu hanya melihat bayangan sosok hitam.

Alena menghampirinya dengan perasaan takut. Dengan segenap keberaniannya dia mendekatinya.

Alena membuka tirai dan pintunya, begitu terkejutnya ketika Alena sudah tidak mendapati siapapun di sana.

"Di mana perginya sosok itu? Apa itu hantu? Mana mungkin jam segini ada hantu?" batinnya menoleh ke sekitar. Lagi-lagi dia menelan ludah karena ketakutan.

Alena ingin kembali tetapi kakinya menyenggol sebuah kotak berwarna pink.

Astaga pink? Oh iya, dia ingat bahwa sang peneror waktu itu juga menggunakan amplop warna pink. Apa jangan-jangan ini dari si peneror juga? Alena segera mengunci pintu balkon itu dan segera masuk.

Alena membuka perlahan isi kotak itu dan lagi-lagi dia terkejut ketika melihat ada beberapa foto Raka. Tunggu foto Raka bersama gadis? Raka terlihat bahagia dan sedang tertawa bersama gadis itu. Siapa gadis ini? Apa ini pacar Raka?

Alena mengambil foto lain dan yang bikin terkejut difoto gadis itu ada goresan "X" bertinta merah menyilang foto itu dan ada sebuah tulisan di belakangnya.

'Ashila Frensco Brantara'

"Ashila?" Gumam Alena.

Ia menutup kotak itu lalu beranjak pergi ke kamar mandi untuk mempersiapkan pergi ke sekolah.

Saat dalam mobil Alena sudah berniat untuk menanyakan hal tentang gadis itu.

"Ka," panggil Alena membuat Raka menoleh sekilas lalu menatap ke depan fokus menyetir.

"Kamu kenal nggak cewek yang bernama Ashila?" Pertanyaan Alena membuat Raka menghentikan mobilnya mendadak membuat Alena meringis kesakitan akibat kepalanya terbentur ke depan.


"Dari mana lo tau nama itu?" tanyanya dengan raut wajah yang dingin.

"A-aku hmm, a-ku."

"JAWAB!" bentak Raka.

Oke. Alena akui Raka tidak pernah semarah ini! Ada apa dengannya. Apa dia salah bertanya tentang Ashila? Apa yang diperbuat Ashila sampai Raka semarah ini, Alena tidak tau.

"Kenapa diem? Gue nanya dari mana lo tau nama itu!" Tekannya membuat Alena semakin takut pasalnya Raka didepannya seperti bukan dia melainkan monster.

"A-aku cu-cuma nanya, a-pa salahnya sih aku nanya sa-sama kamu." jawab Alena gugup.

"Itu bukan urusan lo!"

"Ka? Ak-"

"Turun." perintahnya dingin.

"Tapi Ka, ini belum nyampe di sekolah."

"Gue bilang turun ya turun!" Tegasnya membuat Alena mengikuti perintahnya.

Alena turun dari mobil Raka. Mobil itu melaju meninggalkannya. Alena menangis apa dia salah bertanya seperti itu?

Alena terpaksa naik taksi menuju sekolahnya. Ia menuju kelasnya tanpa semangat.

Saat di kantinpun Raka tak menolehnya atau bersapa dengannya meski Alena tersenyum kepadanya.

Alena lemas duduk sambil menopang kedua tangannya di bangku kelasnya.

"Napa Al?" Tanya Agnes membuat Alena menggeleng.

"Beneran gak kenapa-napa?" Alena memangguk lagi.

Pulang sekolah Alena ingin meminta maaf kepada Raka, tapi Raka sudah masuk ke dalam mobilnya, meninggalka Alena.

Ada apa dengan sikap Raka? Apa gara-gara ia bertanya Ashila itu? Siapa sih dia?

Alena membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia berfikir sejenak ada apa dengannya. Bukannya bagus Raka marah kepadanya? Itu artinya ia tidak perlu lagi dekat dengannya bukan? Ah entahlah, kita lihat saja besok jika Raka masih marah, Alena akan mencampakkannya.

***

Pagi hari Alena terpaksa memesan taksi karena hari ini Raka tidak menjemputnya. Ia sangat kesal dengan tingkah Raka hari ini.

Alena berdecih ketika melihat mobil Raka terparkir diparkiran sekolah.

Alena masuk dengan wajah seperti biasa. Dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.

Di kantin dia tertawa bersama Samuel, Agnes dan juga Abigail. Saat bel masuk sekolah Alena sempat berpapasan dengan geng Raka. Namun ia mencoba biasa saja seperti orang tidak mengenalinya.

Saat pulang sekolah pun Alena sempat bertemu Raka diparkiran bersama ketiga sahabatnya. Tapi, Alena tak menoleh atau menyapanya ia hanya berjalan melewatinya menuju Abigail. Alena pulang bersama Abigail dengan menaiki motor ninja milik Abigail.

Raka yang melihatnya menggeram dan ikut pergi meninggalkan ketiga sahabatnya itu.

Alena dan Abigail mampir ke sebuah cafe. Cafe di mana Alena bertemu Raka dengan seorang perempuan yang tak lain adalah ibunya membuat Alena teringat dan tersenyum kecil.

Alena dan Abigail bercerita mengingat-ingat kejadian masa lalunya sambil tertawa dan menikmati minuman yang dipesannya.

"Lihatlah sampai saat ini kau terlihat begitu cantik Alena." Abi membatin lalu tersenyum.

"Hei, kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Apa kamu sakit?" tanya Alena mampu membuyarkan lamunannya.

"Ah tidak, gue rasa ini sudah hampir malam, mari gue antar pulang pasti nyokap lo nyariin lo." ucapnya membuat Alena mengangguk.

Alena sampai di kediaman rumah dengan selamat, tak ada lecet atau sakit.

"Mau mampir?" Tanya Alena membuat abi menggeleng.

"Lain kali aja gue masih ada urusan." ucapnya tersenyum ramah.

Abigail pergi dan Alena masuk ke dalam rumahnya lalu mandi, berganti pakaian dan tidur karena hari ini ia merasa sangat lelah.

RAKA [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang