Wajah pucat mengiasi Agnes di pagi hari saat dia bangun dari tidurnya dan mendapati telfon dari Fenzo bahwa keadaan Samuel memburuk.
"Nes, Lo tenang ya. Semua bakal baik-baik aja. Lo kan tau Samuel itu orangnya kuat. Dia pasti bisa jalanin ini semua." ucap Fenzo memeluk Agnes saat berada di depan ruangan Samuel.
"Tapi, beneran dia bakal baik-baik aja kan?" tanyanya khawatir pasalnya meski Samuel selalu saja membuat Agnes kesal, tapi Samuel tetaplah sahabatnya.
"Kita berdoa aja ya buat Samuel." ucap Fenzo menenangkan Agnes yang terus-menerus mengeluarkan air matanya.
"Agnes, Samuel gimana." teriak Alena berlari tergesa-gesa karena baru saja datang diikuti dengan Raka.
"Dokter lagi meriksa dia." lirih Agnes dan memeluk Alena.
Alena juga baru bangun dari tidurnya, dia mendengar kabar bahwa keadaan Samuel memburuk ia langsung bergegas menuju rumah sakit dengan Raka.
"Kamu tunggu di sini sama Agnes. Aku mau keluar ada yang mau aku urus sebentar. Jangan kemana-mana, kalau mau keluar ajak Agnes. Oke." ucap Raka mencium kening Alena.
"Kita harus berdoa untuk keselamatan Samuel." lirih Alena semuanya mengangguk.
Di sisi lain.
"Brengsek lo." umpat Raka mengambil kerah cowok yang dihadapannya.
Raka menghampiri cowok yang tadi malam ia melihatnya. Ia tak menyangka apa yang terjadi. Bagaimana bisa cowok dihadapannya itu melakukan hal fatal seperti itu. Kini keduanya berada di rumah cowok itu.
"Gue tau lo gak suka sama dia! Gue tau juga kalau lo benci! Tapi lo gak bisa seenak jidat lo bunuh orang yang gue sayang!" Ucapnya tegas dan sinis sambil memegang kerah cowok itu yang barusan duduk diruang keluarganya.
"Gue udah bilang kalau bukan gue pelakunya."
"Bacot lo. Lo masih gak ngaku setelah gue liat dengan mata kepala gue sendiri kalau lo yang berusaha ngebunuh Alena. Tapi sasaran lo malah melesat, ya kan? Jawab!" Ucap Raka tegas kini wajah Raka merah padam. Oh tidak sepertinya Robert yang hari ini ambil alih tubuhnya.
"Ka denge-"
"Apalagi yang harus gue dengerin dari mulut busuk lo?"
Bugg.
Satu bogeman terkena sudut cowok itu membuatnya terpental ke sofa.
"Itu masih belum seberapa setelah lo ngelakuin semua ke Alena."
"Gue sempat berpikir kenapa gak Alena saja yang terkena tembakan itu."
"Brengsek." umpatnya kembali memukul Kenan sampai darah bercucuran di hidungnya.
"Andai gue sama Raka bisa bunuh lo, tapi gue gak bisa. Arhhhh." teriak Robert frustasi menendang sofa di sampingnya.
"Gue kasih lo kesempatan buat pergi, tapi kalau lo tertangkap oleh suruhan gue. Gue jamin kali itu lo bakal langsung mati." ucap Raka tegas hingga rahangnya mengeras.
***
"Raka." teriak Alena menghambur memeluknya sambil menangis.
"Hei kenapa?" tanya Raka bingung melihat ekspresi semua orang yang menangis termasuk gadis dipelukannya sekarang.
"Samuel.. hiks.. hisk."
"Kenapa dengan dia?"
"Dia..dia meninggal...hiks..hiks."
"Apa dokter sudah memeriksanya lagi." tanya Raka tak percaya.
"Iya. Barusan dokter bilang hiks.."
"Kamu harus sabar, tenangin diri kamu, mungkin Tuhan lebih menyayangi dia."
"Tapi.. ini semua salah aku, Ka. Kalau dia gak tolongin aku dia gak bakal meninggal." ucapnya menangis lagi.
"Hei, yang salah di sini orang yang selama ini sudah mengincar nyawa kamu." ucap Raka.
"Kita laporin polisi ya?"
"Aku udah laporin dia." balasnya membuat semuanya menatap Raka.
"Lo tau pelakunya?" tanya Agnes menghampirinya.
"Jawab Ka, siapa pelakunya? Siapa dibalik kejadian ini?"
"Udah Nes, kamu yang tenang." ujar Fenzo menenangkannya.
"Kenan." ucap Raka membuat semua terkejut tak percaya.
"Jadi Kenan yang selama ini ngancam aku? neror aku dan berusaha mau bunuh aku?" tanya Alena tak percaya. Ia kira selama ini meski Kenan benci dirinya menurutnya ia tak mungkin melakukan hal sekejam itu. Ya benar meski dilubuk hati Alena pernah mencurigai lelaki itu.
"Lo gak bohong kan, Ka" kini giliran Adlen yang bertanya "Mana mungkin sahabat kita ngelakuin hal bodoh seperti itu." lanjutnya.
"Gue tau sekarang. Jadi orang kemarin itu yang lo kejar, Kenan? Dan Lo gak bisa kejar dia setelah tau kalau dia Kenan? Iya kan?" tanya Fenzo membuat Raka mengangguk.
"Sial. Gue gak nyangka dia bisa sejahat itu." ujar Agnes marah.
"Sekarang kita temuin dia. Kita hajar dia." lanjutnya dkuasai amarahnya.
"Gue udah ke rumahnya dan dia gak ada, tapi gue udah telfon polisi." ucap Raka berbohong.
"Astaga apa yang sudah kau lakukan Ka, lo menolong seorang pembunuh. Kan bagus jika Kenan dipenjara" ucap Robert membuat Raka menggeram.
Alena yang merasakan hal berbeda dari Raka mengetahuinya. Alena segera membawa Raka ke taman rumah sakit. Soal Samuel, jenazahnya diurus oleh keluarganya dan akan dimakamkan hari ini juga.
"Kamu baik-baik aja kan, Ka?" tanya Alena pelan-pelan saat sudah ditaman rumah sakit.
"Maaf." lirihnya membuat Alena tak menyangka bahwa yang dihadapannya adalah Robert, sisi lain Raka.
"Kamu gak salah, kenapa harus minta maaf"
"Maaf aku tidak bisa menjaga sahabatku. Maaf telah membuatmu meneteskan air matamu karena ulah sahabatku. Dan maaf aku tidak bisa membalas dia." ucap Raka lirih membuat Alena mengernyit.
"Aku gak bisa bunuh dia Al, maaf."
"Aku tau Robert, ini memang sulit tapi kamu gak bisa membalas dia dengan mengambil nyawa dia. Dia juga bisa dipenjara menanggung semua akibat yang dilakukan dia, jadi kamu jangan merasa bersalah." ucapnya memeluk Robert.
"Yaudah sebaiknya kita ke mereka." ajak Alena membuat Robert mengangguk.
Alena masuk menemui wajah pucat sahabatnya yang tertidur tak bernyawa.
"Makasih untuk semuanya. Makasih lo udah jadi sahabat terbaik gue. Lo udah ngorbanin nyawa lo demi gue Sam." ucap Alena meneteskan air matanya tak kuat.
"Gak akan ada lagi si raja drama yang selalu gangguin Agnes lagi. Gue ga bisa marah-marah sama lo lagi. Kenapa Lo harus tinggalin kita Sam? Kenapa?" Lanjutnya menangis deras.
"Iya Sam, gue janji kalau kita debat gue akan ngalah, gue juga gak bakal ngusilin lo lagi Sam, gue bakal traktir lo dalam seminggu dikanti tapi lo harus bangun dulu, hiks.." ucap Agnes di samping Alena.
"Udah Al, Nes kalau lo bersedih gini nanti Samuel akan ikutan sedih juga." ucap Adlen yang tak kuat melihat semuanya.
Di satu sisi ada seseorang yang menatap lirih ke arah mereka, tapi mereka tak mngetahuinya jika ada yang menatapnya.
"Gue gak bakal biarin ini semua terjadi." ucap orang itu lalu pergi meninggalkan kediaman rumah sakit.
***
-
-
-
-
Terus stay aja karena dipart selanjutnya bakalan memecah satu persatu masalah ini:)Oh iya kira-kira siapa cowok yang lagi menatap mereka barusan ya? Komen dong kan author juga mau tau pendapat kalian:)
Jangan lupa Vote dan Koment!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA [Completed] ✓
Teen FictionPerjodohan kedua insan yang bernama Raka dan Alena yang dilakukan oleh kedua orangtuanya. Dengan seiring berjalannya waktu menumbuhkan rasa cinta antar keduanya. Siapa sangka dibalik sifat dingin Raka itu, memiliki masa lalu yang bisa membangunkan s...