Ekstra Part

1.9K 63 18
                                    

"Bundaaaa." teriak bocah yang berumur 6 tahun sambil menangis tersedu-sedu di depan televisi dengan ayahnya.

"Astagfirullah haladzim anak bunda kenapa?" tanya sang bunda yang menghampiri putranya.

"Itu Bunda. huaaa." ucapannya terputus dengan suara tangisannya.

"Ada apa sayang, cup.. cup.. cup.. jangan nangis, bilang kau kenapa?"

"Ayah bilang, aku akan dikutuk sepelti itu, huaaa." tangisnya pecah membuat Alena menatap horor suaminya yang tertawa pecah.

"Tidak sayang. Ayahmu bercanda mana mungkin kau akan dikutuk seperti dia. Dia adalah bocah yang nakal. Genta kan tidak nakal karena Genta malaikat kecil Bunda." Mendengar ucapan bundanya langsung saja bocah kecil itu menghentikan tangisannya dan menatap ayahnya.

"Ayah dengal kan? Genta tidak akan dikutuk. Mungkin ayah yang akan dikutuk oleh bunda kalena menjadi ayah dulhaka." ucapnya seenak jidat.

"Kau."

"Sentuh anakku nanti malam tidur di luar." ancamnya membuat Raka membatalkan aksinya.

Genta langsung menjulurkan lidahnya pada Raka tapi dia masih diam karena ada istrinya di sampingnya. Jika tidak sudah ia hantam anaknya itu.

Dering ponsel Raka berbunyi ternyata telfon dari Tiara. Raka mengangkat telfonnya.

"Halo Mom?"

"Raka Daddy sama Mommy akan kesana. Kau ada di rumah kan?"

"Ya. Kita ada di rumah."

"Baiklah Mommy tutup telfonnya ya."

Tut. Panggilan terputus sepihak.

"Siapa?" Alena menatap suaminya.

"Mommy."

"Ada apa?"

"Dia mau kesini."

"Kapan?"

"Sekarang."

"Hah? Astaga. Aku masih belum selesai bersih-bersih. Apa kata mereka melihat rumah kita seperti kapal pecah akibat ulah kau dan anakmu ini." ucapnya lalu bangkit membereskan mainan yang berserakan.

"Kalian berdua." panggil Alena membuat Raka dan Genta menoleh. "apa kalian berdua hanya akan duduk bersantai menonton televisi itu tanpa membantuku bekerja rodi seperti ini?" tanya Alena marah sedangkan yang dimarahinya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Genta bantuin ya bunda." ucap Genta lalu memungut mainannya lalu dimasukkan ke ranjangnya.

"Ayah juga bantuin deh." Raka juga membereskan makanan ringan yang berserakan.

"Gini kalau gak ada Bi Inah. Capek sendiri."

Selama tiga hari mendatang Bi Inah tidak bisa masuk kerja, dia pulang kampung karena keluarganya ada yang sakit.

"Ya udah, besok ayah cari pengganti sementara Bi Inah."

"Gak usah Bunda masih kuat." tukas Alena.

Tok tok tok..

Ketukan pintu membuat Raka dan Alena saling menatap. Bagaimana ini rumah belum rapi, tapi orang tuanya sudah datang. Raka hendak melangkah namun...

"Assalamualaikum." ucap Fenzo diikuti Agnes dengan bayinya.

"Ayo masuk anggep rumah sendiri." muncul Adlen dan istrinya, kesya yang masih mengandung sekitar 7 bulan.

Raka dan Alena menatap horor kearah mereka semua.

RAKA [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang