Capt-28 10 hari

1.2K 88 0
                                    

Asha duduk ditepi danau yang biasanya dia datangi bersama Aksel,bahkan jika mengingat nama Aksel saja Asha hanya tersenyum getir,semuanya berubah bahkan cintanya saja berubah.

Kini Asha sudah kehilangan orang tuanya dan juga cintanya,lalu setelah itu apa lagi,hidup memang terkadang tidak adil,dia memberi kebahagiaan dan kesedihan kepada orang yang berbeda beda,bisa dibilang Random.

Dan Asha dia mendapat kesedihanya bukan kebahagiaan,Asha harus memikirkan jalan yang terbaik untuk dirinya,apakah dia harus melepas Aksel?dilepaskan sulit di pertahankan sakit,tapi Aksel sudah berubah,dimatanya hanya ada Carissa bukan dirinya.

"Tuan putri kenapa disini."Tanya lelaki yang baru saja datang,siapa lagi kalau bukan Evans,lelaki itu datang tepat pada saat dia sedih bahkan selalu.

"Meratapi takdir yang makin hari makin menyiksaku."Ujar Asha dia menatap kosong danau sesekali tersenyum getir.

Evans duduk disebelah Asha."Kau melupakan perkataanku tuan putri."Ujar Evans.

"Tidak,aku akan selalu mengingatnya,namun kamu tahu kan?sangat sulit untuk bahagia ketika diri kita sedang terpuruk."Ujar Asha,dia masih menatap kosong danau yang tenang.

"Lo terlalu nutup diri dan ngga mau cerita sama orang tentang masalah lo,menyimpan luka didalam diri sendiri itu sakit kan."Ujar Evans.

"Sulit buat cerita sama orang,aku trauma dikhianati,dibohongi sama temen aku sendiri."Ujar Asha lirih.

"Lo ngga boleh anggap semua orang itu sama,lo trauma karena lo masih menetap ditempat itu tanpa mau bergerak sedikitpun dari tempat itu."Ujar Evans menasehati.

Asha menoleh menatap Evans,matanya berkaca kaca."Terus gue harus gimana vans,gue lelah hidup kaya gini terus,gue pengin bahagia kaya yang lain,gue iri sama mereka yang bahagia sama orang tuanya bahkan sahabat atau pacarnya."Ujar Asha terisak.

Evans memeluk gadis dihadapanya."Gue bakal selalu ada disamping lo,gue yang bakal bahagiain lo sebagai sahabat sha,lo tenang aja atau lo bisa anggap gue sebagai kakak lo."Ujar Evans,hatinya sakit jika melihat Asha seperti ini.

Evans melepaskan pelukanya dan menghapus air mata Asha."Lepaskan yang menurut lo pantas untuk dilepaskan,jangan mempertahankan sebuah luka."Ujar Evans.

"Tapi sulit vans,dia cintaku dia sumber kebahagiaanku dan juga sumber lukaku."Ujar Asha sendu.

"Kebahagiaan itu sudah menjadi luka."Ujar Evans."Jika Aksel itu jodoh lo,dia pasti akan balik ke lo.“Ujar Evans lagi.

Asha terdiam,apa yang dikatakan Evans memang benar."Jadi?mau dilepaskan?."Tanya Evans.

"Iyaa,sekarang temenin aku ke Aksel yah."Jawab Asha mantap,mempertahankan luka akan membuat kita terluka.

"Iya ayo tuan putri."Ujar Evans seraya terkekeh.

Lalu mereka pergi kerumah sakit,karena tadi dia melihat Aksel pergi menuju rumah sakit untuk menjenguk Carissa,Asha sedikit kasihan kepada Carissa diusia mudanya dia harus berobat sana sini,tapi apa bedanya dengan Asha dia juga mempunyai riwayat penyakit bukan.

Asha berjalan dikoridor rumah sakit untuk mencari ruangan Carissa,jujur dia tidak dendam sama sekali denganya,dia tidak suka kata dendam,dia malah ingin menemui Carisa dan minta maaf padanya.

"Aksel."Panggil Asha,dia melihat Aksel begitu rapuh tidak seperti biasanya yang dingin dan angkuh.

Aksel tersentak lalu dia menoleh mendapati kekasihnya Asha tanpa pikir panjang Aksel langsung memeluknya,dia terisak Asha bahkan tidak pernah melihat Aksel seperti ini,Asha menatap Evans lalu dia menggelengkan kepalanya,ini belum saatnya untuk melepaskan Aksel,dia butuh sandaran.

ASHALINA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang