Yang mengatakan bahwa jodoh, rejeki, dan maut itu ditanggan Allah sungguh benar adanya. Yang mengatakan kalau, manusia dapat berencana tapi semua kuasa ada di Allah sungguh benar adanya. Berencana hidup bahagia dengan cinta pertamanya, wanita yang pertama mencuri hatinya. Tapi, semua hanya rencana. Jodohnya telah dipisah oleh maut, cinta pertamanya dan si Kecil yang akan menganggap dirinya cinta pertamanya telah berpulang kepada-Nya.
Tapi, semua itu harus dijalani dengan penuh rasa sabar, syukur, dan ikhlas. Karena, Allah tidak akan mengambil sesuatu dari hambaNya tanpa menggantinya dengan yang lebih baik. Bagaimana saat ini poros hidupnya berputar pada seorang Bidadari yang dikirim Allah untuk melengkapi dirinya, sosok yang begitu lembut dan mampu menghangatkan hatinya yang beku.
Karanganyar 6.15 AM
Suasana pagi dirumah bergaya modern, suasan yang masih kentara aroma hari raya. Hari raya telah berlalu beberapa hari yang lalu, kesibukan semua orang dimulai. Tak terkecuali keluarga Chandra Aabid Atqan, seusai solat subuh tadi Bina telah menyiapkan sarapan untuk putra dan suaminya itu. Dan tepat pukul 6 semua sudah siap, kecuali Akmal yang masih ribut dimana kaos kaki warna putihnya.
"Umiii.. Kaos kaki Akmal yang putih mana???"
"Laci bawah sayang! Cepetan sarapan.. Abi mau ke toko ini kamu nda mau bareng?"
"Mas Ashad manaa?!!"
"Mas Ashad mau ngurus dokumen buat kuliah.. Cepet nak.."
"Sebentarrr..."
Helaan nafas ringan dari bibir tipisnya, Bina kembali kedalam kamarnya. Disana, didepan cermin besar suaminya berdiri merapikan kemejanya. Dengan rambut yang masih berantakan, kancing lengan masih terbuka. Dan pria itu masih sibuk mencari kertas-kertas penjualan.
"Mas.."
"Iya dek?"
"Hadap sini coba.."
Sreet..
"Duduk.."
"Kenapa? Eh.. Assalammualaikum anak-anak abii.. Kalian sudah mimik susu sayang?"
"Waalaikumsalam abii.. Sudah mau maem sekarang tapi abi lama pake kemejanya.."
"Hehe.. Maaf sayang.. Mas nyari map ijo semalem.. Dimana sih?"
"Dimeja ruang tamu, sama tas mas.. Udah diem ih rambutnya belum disisir juga.."
Bina masih asik nyisir rambut hitam dan lebat suaminya, tapi si pria itu justru sibuk menatap perut bulat Bina dan sesekali mengusapnya lembut. Rambut tertata hair up, rapi dengan kemeja biru laut dan celana bahan. Tampan, satu kata yang membuat Bina menyungingkan senyum cantiknya. Aabid segera berdiri setelah selesai dengan rambutnya, mengecup kening istri mungilnya dan mencuri satu kecupan dipipi Bina.
Chup..
Chup..
"Ayo.. Akmal udah siap?"
"Nyariin Ashad.."
"Huft.. Kan gimana mau ngijinin Ashad keluar negeri kalo buntutnya aja gabisa lepas.."
"Emang cicak mas buntutnya bisa lepas.. Apa namanya? Mimikri?"
"Hahah.. Udah ayo katanya si kembar mau maem.."
"Adek buat sosis asam manis mas.. Mau adek siapin bekal?"
"Jam 11 nanti mas udah dirumah sayang.."
"Eum.. Mau makan siang apa?"
"Apa ya.. Ah.. Mas mau sarden pedes dek.. "
"Oke.. Mas sama mas Juned?"
"Huum.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta dari-Nya [Mission Completed]
FanfictionLanjut na dari "Bidadari dari Pohon Hayat" Kisah drama rumah tangga yang ga penuh intrik.. dalem sini ni.. semuaaa castt alurrr murni kehaluan penulis.. Bahasa non baku.. iya lah kan versi lokal.. disini ya gasuka GS.. tolong Skip Ukhti Akhi.. JANG...