16. Restu

19.2K 1.7K 70
                                    

Syakira menatap wajah Abizar yang sepertinya sedang kebingungan. Dia berharap banyak dari laki-laki itu agar mau menikahinya. Setidaknya setelah mereka menikah, dia akan ikut tinggal bersama Abizar. Dia tak perlu kesepian lagi ditinggal orang tuanya lama karena akan ada Abizar yang menemaninya.

Setelah menatap Abizar, Syakira beralih menatap orang tua laki-laki itu. Dia bisa melihat Yanti yang seperti masih syok setelah mengetahui kalau dia bukan gadis lagi. Memang perihal keperawanan merupakan sesuatu yang penting. Gadis yang masih perawan dianggap bisa menjaga diri. Sedangkan yang tidak, tak jarang akan dipandang sebelah mata.

"Kalau Abizar masih mau nikahin Syakira. Papa sama Mama juga harus terima. Gimana?" tanya Syakira pada orang tuanya.

"Tergantung."

"Tergantung apalagi sih, Pa. Aku ga mau tahu. Pokoknya Papa sama Mama harus nikahin aku sama Abizar."

"Kamu kenapa ngotot banget begitu pengen nikah Syakira? Kamu ga lagi hamil, kan?"

Syakira terbelalak mendengarnya. Bagaimana dia bisa hamil? Berhubungan intim saja belum pernah. Kalau berciuman dan pegang sana sini bisa bikin hamil sih baru kemungkinan iya.

"Enggak, Ma. Syakira ga hamil."

"Kamu yakin?"

"Iya."

"Jadi gimana Abizar apa masih mau nikahin kamu?" Tanya Arman pada Syakira lagi.

"Abi, Mama mau bicara sama kamu!" kata Yanti tiba-tiba. Dia menarik tangan Abizar untuk mengikutinya masuk. Dia merasa perlu membicarakan hal ini dengan Abizar karena dia tidak ingin memiliki menantu yang tidak benar untuk yang kedua kalinya.

"Tuh kan kamu lihat! Laki-laki itu yang mau kamu jadiin suami. Dia aja kelihatan ga yakin mau nikahin kamu setelah tahu semuanya. Meskipun duda, dia pasti berharap dapat istri yang masih perawan, Syakira!" ujar Arman gemas pada anaknya yang terlalu keras kepala.

"Aku yakin Abizar ga begitu, Pa," ujar Syakira yang sebenarnya tak begitu yakin.

"Anda ga perlu khawatir Pak Arman. Anak saya pasti akan tetap menikahi Syakira. Permisi saya mau ke dalam sebentar." Setelah berucap seperti itu Bima pun masuk untuk menyusul anak dan istrinya. Dia bisa mendengar Yanti yang sepertinya tak setuju dengan Syakira.

"Mama makin ga setuju Bi. Sebaiknya kamu pikirin ulang kalau mau nikah sama dia. Mama ga habis pikir kalau ternyata dia bukan gadis lagi"

"Papa setuju kamu nikah sama dia. Lagian Abi juga bukan perjaka lagi kan, Ma? ya wajar aja kalau dia juga dapat yang ga perawan. Lagian perawan atau enggaknya itu bukan masalah."

"Itu beda, Pa. Abi ga perjaka karena dia sudah pernah menikah. Sedangkan wanita itu belum. Papa bisa bayangin dong gimana sampai dia bisa ga perawan lagi. Dia pasti perempuan ga benar, Pa."

"Mama ga lihat apa, Ma?. Syakira melakukan itu semua karena dia kurang perhatian orang tuanya. Dia mencari pelampiasan dari sakit hatinya itu,"

"Tapi ga harus dengan menyerahkan keperawanannya pada laki-laki yang bukan suaminya, kan Pa. Ga pokoknya enggak, Bi. Mama ga setuju."

"Ma, Papa benar," kata Abizar akhirnya setelah dia diam mendengarkan perdebatan papa dan mamanya.

"Apa maksud kamu? Jadi kamu masih berniat nikahin dia?"

"Semalam aku nemuin dia mau bunuh diri. Aku udah janji mau nikahin dia."

"Ga bisa gitu dong, Bi. Kamu ga bisa ngorbanin kebahagian kamu demi perempuan kayak dia."

"Abi ga ngorbanin kebahagian dia, Ma. Mama ga lihat kalau Abi dan Syakira itu sama-sama suka. Kalau gak, ga mungkin mereka sering ketahuan berciuman sama kita. Sudahlah, Ma. Mereka sudah sama-sama dewasa dan saling membutuhkan," kata Bima lagi.

UNEXPECTED GIRL (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang