Bagian 5. Akhir kisah kita

2.2K 114 19
                                    

Part 5 ini guys
Mudah-mudahan suka sama ceritanya.
Maaf jika tak sesuai harapan. Aku masih pemula.
Jangan lupa vomentnya ya? 🙏
Trimakasih and happy reading 🤗

Aku lebih mencintaimu." Roy memelukku erat. Ya Tuhan, bagaimana aku bisa berpisah dari pria ini. Kalau kami tak dijodohkan, seharusnya cinta yang dalam ini tak tumbuh diantara kami.

"Bagaimana kalau kita menikah, Ta?" Roy bertanya padaku kala kepalaku masih menyender dibahunya. Aku terhenyak mendengar ucapannya. Aku menatapnya penuh arti.

"Hmm, baiklah. Mungkin kekasihku ini belum siap," sambungnya lagi dan kembali menatap langit yang dipenuhi bintang malam ini.

Bukannya aku tidak siap, tapi mungkin aku tidak akan pernah menikah dengan pria ini. Pria yang mendapatkan hatiku dengan segala keunikannya.

Malam ini perasaanku tidak menentu. Ada bahagia yang kurasa. Bagaimana tidak, setelah lama tidak bertemu dengan Roy, hari ini dia datang dengan kejutan yang membuatku tersanjung, tapi dadaku juga sesak kala perjodohan itu kembali menyelimuti pikiranku.

Bagaimana mungkin aku harus berpisah dengan orang yang begitu mencintaiku?

"Aku ke toilet bentar ya, sayang?" Roy perlahan melepaskan pelukannya. Aku tersenyum mengangguk. Aku mengambil ponselku kala aku mendengar nada deringnya berbunyi.

"Iya, Ma?" ucapku mendapati panggilan dari mama di layar ponselku.

"Kamu dimana, Ta? Kok belum pulang? Ini udah larut." Kulirik arloji di tanganku. Sudah pukul 22.15 memang.

"Iya, Ma. Ini udah mau pulang," jawabku tak berbasa-basi kemudian menutupnya.

"Siapa, Ta?" Roy sudah berada di belakangku dan kembali duduk di sampingku.

"Mama, Roy. Udah nyariin," jawabku seadanya. Ia melirik arloji di tangannya.

"Ya ampun, udah jam segini. Bisa-bisa tante marah ini," katanya seraya menepuk dahinya.

"Kita pulang yuk, dari pada nanti kamu nggak tante kasih samaku," sambungnya lagi sambil terkekeh.

"Emang barang?" Aku kini beranjak. Ia tertawa geli.

***

Kini kami sudah dalam perjalanan pulang. Aku terus memegangi liontin pemberian Roy. Ia hanya tersenyum. Aku tahu dia senang ketika aku menyukai hadiah darinya. Sesekali ia kembali mengusap lembut rambutku.

"Aku harus bilang apa ya nanti sama mama kamu?" Ia mulai memecah hening.

"Kamu sih, saking rindunya sampe nggak mau ke rumah dulu," sambungnya.

"Roy, aku kan udah bilang. Jam segitu Mama belum pulang." Aku mulai kesal. Bukan karenanya, tapi karena mengingat bahwa mama mungkin takkan biarkan aku bertemu Roy lagi. Bagaimana tidak, mama sudah punya calon menantu sendiri.

"Apa kamu marah?" Roy melirik ke arahku sambil tangannya masih di depan kemudi. Ia mungkin kaget mendengar jawabanku yang sedikit ketus.

"Tidak."

"Ayolah, Ta? Apa aku salah?"

"Tidak Roy, tidak." Aku mencoba meyakinkannya.

"Baiklah. Aku percaya," katanya menyerah dan kembali fokus mengemudikan mobilnya. Suasana kembali hening, sampai kami tiba di depan rumahku. Ia mematikan mesin mobilnya, membuka seat-belt dan bersiap keluar. Dengan sigap aku menahan tangannya.

"Kenapa, Ta?" Iya menoleh ke arahku.

"Mama kayaknya udah tidur. Lain kali aja kamu temuinnya," usulku membuat wajah antusiasnya seketika berubah.

My Household [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang