Bagian 32. Hancur

3.8K 131 23
                                    

|° Happy Reading °|
⊂(◉‿◉)つ

Jangan lupa klik 🌟 dan penuhi kolom komentar

🥀🥀🥀

Tekadku sudah bulat, aku harus tahu apa sebenarnya yang sudah di depan mata. Aku memilih maju. Aku tidak akan mundur setelah melangkah sejauh ini.

Aku berjalan perlahan, mengendap-endap, dan mengintip sedikit dari tembok rumah besar ini. Untuk sebentar, Yosh masih berdiri di depan pintu yang masih tertutup itu setelah mengetuk beberapa kali. Sepertinya menunggu seseorang membukakan pintunya.

Tak lama, pintu itu mulai terbuka.

Oh Tuhan pemandangan apa ini?

Seorang perempuan berdaster bunga-bunga yang menuntupi perut buncit keluar dari rumah. Senyum yang sumringah merekah dari kedua sudut bibirnya. Perempuan itu mengambil bungusan berisi 2 kotak susu yang dibawa Yosh tadi.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Yosh, karena dia memunggungiku. Setelah mengambil bungkusan itu, perempuan itu mencium punggung tangan Yosh. Bahkan, aku isterinya sama sekali belum pernah melakukan itu.

Sesak, sesak yang kurasakan dalam dada. Untuk mundur, aku sudah tidak bisa lagi. Aku terlalu jauh melangkah sampai di titik ini.

Buliran air bening memaksa keluar dari tempat persembunyiannya, meluapkan kesesakan dalam dada. Sesegukan, agar suara tangis tak terdengar siapapun bahkan diriku sendiri.

Bajingan
Jahat sekali kamu Yosh.
Manusia macam apa kamu? Apa maksud kebaikan dan perhatianmu selama ini? Mengapa kamu jatuhkan aku saat aku percaya hidup kita kan jauh lebih baik. Mengapa kamu hancurkan harapan yang sudah kubangun? Harapan yang sudah kulambungkan tinggi.

Haruskah kau menghancurkan aku seperti ini? Mengapa kau bermain saat aku sudah benar mencintaimu,

Sandiwara ternyata semua yang kau lakukan. Mari kita coba? Coba apa? Coba bermain api ini?
Ternyata aku memang tak pernah mengisi hatimu.

Kedua insan itu memasuki rumah kecil itu, rumah kecil namun terdapat bahagia besar di sana.

Bagaimana tidak, bahkan rumah kecil itu akan segera dihuni seorang anak yang dikandung perempuan itu.

Aku kalah, kalah bahkan sebelum memulai. Sejahat-jahatnya pria itu, aku percaya dia tidak akan pernah berbuat sejauh ini. Ternyata aku salah, selama ini hatiku buta.

Air mata yang hadir tanpa diundang telah membasahi wajahku. Amarah yang memuncak telah membuat seluruh tubuh gemetar tak bertenaga. Kakiku lunglai, seakan tak mampu untuk melangkah.

Aku memegang lututku, menunduk, aku tak mampu berdiri. Sesak di dada seakan menguras semua energiku, membuatku tak berdaya sehingga aku harus terduduk di sini.

Membenamkan wajah yang berurai air mata di kedua lutut. Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Aku yang telah memilih maju, dan tidak dapat mundur lagi.

Ternyata benar, rasa penasaran yang terlalu dalam dapat mengecewakan, bahkan kekecewaan yang teramat besar.

Tapi, aku tidak menyesal memilih maju, setidaknya aku tahu bahwa selama ini hatiku buta untuk melihat sandiwara pria itu.

Aku mencoba untuk berdiri, masih dengan kaki dan tangan yang gemetar. Kucoba melangkahkan kaki untuk menjauh dari tempat busuk itu.

Apa kau akan bertindak seperti ini? Apa kau akan berlaku pecundang untuk kesekian kali?

Berhenti Clarita, berhenti dan berbalik. Lakukanlah sesuatu, setidaknya sampai hatimu lega.

My Household [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang