Bagian 6. Pernikahan

3.4K 122 15
                                    

#please follow and voment 🙏

#happyreading

"Ya, Clarita menyetujui pernikahan ini." Mama mengawali perbincangan di rumah mewah ini. Terlihat wajah mereka yang menyiratkan kebahagiaan. Aku hanya terdiam duduk di sebelah mama.

Lain dengan pria yang akan dijodohkan denganku itu. Ia menatapku tajam dan dingin. Wajahnya memerah seperti menahan emosi, namun langsung menunduk. Mungkin takut diketahui orangtua kami.

"Wah, akhirnya." Terdengar suara om Santoso dengan senyumnya yang sumringah. Sungguh sebuah senyum yang tulus.

"Yoseph juga pasti sangat bahagia sekarang." Ia menyambungnya sambil memukul-mukul pundak anak semata wayangnya itu.

Pria itu menegakkan wajahnya memberikan senyumannya seakan membenarkan perkataan papanya.

Akh percayalah, itu hanya senyum keterpaksaan, terlihat matanya masih menatapku mengintimidasi. Aku membuang muka tak peduli apa yang dia pikirkan. Biarkan saja, siapa suruh dia tidak menolaknya kalau benar-benar tidak suka.

Benar, aku akhirnya menyetujui perjodohan ini. Memangnya apa lagi yang akan kulakukan? Toh, Roy---pria pemilik hatiku saat ini telah berpisah denganku. Entah bagaimana nanti keadaan hatiku, aku tidak tahu. Yang jelas ini pilihanku satu-satunya.

"Baiklah, sepertinya kami harus izin sekarang." Mama meminta izin pulang setelah gelak tawa itu. Senyum bahagia tak berhenti terukir di wajah ketiga insan ini.

Apa mereka sebahagia itu?

Aku jadi berpikir bagaimana jika kami benar-benar tidak menyetujui perjodohan ini? Apa keadaan ini berubah seratus delapan puluh derajat? Akh, bodo amat. Aku tak mau lagi memusingkannya. Itu tak penting lagi sekarang.

"Oh, ya ya. Kami juga mau keluar sebentar. Ada urusan." Tante Indri menyahut. Kami keluar dari rumah ini, menuju mobil.

"Em, Tante, bisa saya bicara dengan Ita?" Pria dingin ini akhirnya bicara ketika kami baru saja hendak memasuki mobil. Mama menatapku, seolah bertanya apa aku mau bicara dengannya. Aku mengangguk.

"Baiklah, Yosh, tapi Tante harus kembali ke toko."

"Nggak apa-apa, Ma. Nanti Ita bisa pesan ojol." Aku meyakinkannya. Aku juga ingin tahu apa yang akan pria ini katakan padaku. Mama akhirnya pamit pada kami.

Ya, tinggal aku dan Yosh sekarang setelah om Santoso dan tante Indri memasuki mobil mereka dan melaju meninggalkan kami. Sesaat setelah mobil mereka tak terlihat, pria ini, iya, Yosh menarik paksa tanganku. Membawaku kembali ke dalam rumahnya.

Aww. Aku meringis kesakitan. Aku mencoba melepaskan genggamannya.

"Apa-apaan ini, Yosh? Lepaskan! Sakit." Aku menarik tanganku yang belum terlepas. Tapi tak berhasil, tangannya terlalu kuat.

"Aku yang harus tanya, apa maksudmu? Kenapa kamu menyetujuinya?" Dia kini menghempaskan aku sedikit kuat.

Apa? Dia berlaku kasar padaku dan tak lama lagi dia akan menjadi suamiku. Roy tidak pernah melakukan hal seperti ini. Akh, sudahlah tidak ada gunanya aku membandingkannya dengan Roy sekarang.

"Memangnya kenapa?"

"Kenapa?" Tatapannya sangat tajam. Aku merinding tak berani membalas tatapannya.

"Ayolah Yosh. Kalau kau benar tidak suka seharusnya kau mendukungku. Aku bilang tidak setuju dan kau juga, maka semuanya akan lebih mudah. Nyatanya kau tidak mengungkapkan pendapatmu. Kau pikir aku punya hak apa mengecewakan orangtuaku?"

My Household [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang