|| Happy Reading ||
Jangan lupa vote dan comentnya 🥰
Matahari semakin naik, teriknya mulai membakar kulit. tangan yang digunakan Yosh untuk menutupi wajahku tidak mempan lagi.
"Yosh, panas nih." keluhku kepada Yosh. Aku mulai bangun untuk duduk.
"Tenang aku bawa payung kok." Yosh mengikutiku duduk dan meraih payung yang diletakkannya tadi di belakang. Yosh membukanya dan menarikku untuk mendekat agar kami berlindung di bawahnya.
Terlihat lucu
Beberapa orang yang tadinya juga menggerai tikar sudah memilih untuk pergi.
"Sampai kapan kamu akan memegangi payung itu?" tanyaku pada Yosh. Yosh terkikik geli di tempatnya.
"Sudahlah, ayo kita pindah ke sana," kataku menunjuk sebuah pohon rindang di dekat danau.
"Oke, oke baiklah." Aku dan Yosh berdiri menggulung tikar dan berpindah ke bawah pohon itu.
Wajah Yosh tampak berkeringat. Aku mengambil tisu dari tas dan mengelap keringat yang mengucur di dahi Yosh. Yosh memegang tanganku membuat aku menghentikan aktivitasku. Sejenak Yosh tersenyum. Aku mencoba menarik tanganku namun gagal karena Yosh mempertahankannya untuk tetap berada di wajahnya.
"Keringatmu sudah tidak ada lagi, apa lagi sekarang?" tanyaku pada Yosh. Yosh tak menjawab dia hanya memandangiku yang pastinya membuat wajahku bersemu merah.
Perlahan Yosh mencium tanganku tanpa menghilangkan senyum di wajahnya. Aku menarik paksa tanganku dan memalingkan wajahku ke sekitar tentu saja untuk menyembunyikan wajahku yang sudah merona.
"Sudah saatnya kita makan," ucapku pada Yosh saat melihat jam yang melingkar di tanganku sudah hampir pukul 12.00. Yosh hanya mengangguk, aku mulai mengambil kotak bekal yang kutaruh di samping. Aku mulai membukanya satu persatu.
Ada beberapa sandwich dan buah-buahan yang sudah ku potong kecil-kecil dari rumah. Juga cemilan-cemilan yang sengaja aku beli dari minimarket kemarin.
"Nih makan Yosh." tawarku pada Yosh.
Yosh menggeleng. "Aku belum lapar," katanya.
Aku mengangkat bahuku dan mencebikkan bibirku tidak peduli. Perutku sudah keroncongan dari tadi. Aku meraih sandwich dan mulai melahapnya.
"Kau yakin tidak mau?" tanyaku pada Yosh.
"Siapa bilang?" Dia malah balik bertanya.
"Kau bilang tadi tidak lapar."
"Sekarang sudah lapar," katanya.
"Ya udah, noh ambil." kataku menunjuk kotak bekal dengan wajahku, sambil masih melahap sandwich di mulutku. Yosh mendekat, meraih sandwich yang tersisa di mulutku dengan mulutnya. Sedang aku masih mematung di posisiku, speechless dengan apa yang dilakukannya.
"Itu kan punyaku," protesku dengan degup jantung yang tak bisa dikondisikan.
"Ambil saja kalau mau," katanya membiarkan sandwich itu menggantung di mulutnya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Aku mengerutkan kening dan sedikit menggeleng. Akhirnya aku beralih pada kotak bekal yang lain berisi buah-buahan. Meraihnya dan mulai menikmati.
"Aku juga mau buah." Suara Yosh ketika semua sandwich di mulutnya sudah habis. Aku menatapnya sekilas selalu menyodorkan kotak bekal itu padanya. Dia menggeleng lagi.
"Katanya mau."
"Iya, memang mau."
"Ya udah, ini ambil." Yosh kembali menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Household [SEGERA TERBIT]
Tiểu Thuyết ChungFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❤️ Clarita harus berjuang mempertahankan rumah tangganya. Bukan hal yang mudah menjalani pernikahan yang tidak didasari cinta, apalagi suaminya adalah mantan dari sahabatnya sendiri. Tapi Clarita tahu bahwa semua sudah menj...