Bagian 24. Curiga

2K 79 16
                                    

||Happy reading||

Jangan lupa bintangnya kalau suka ya
Coment juga untuk kritik dan sarannya 😊

🍀🍀🍀

Ucapan Bu Yessi masih terngiang di telingaku. Bukan aku tidak mempercayai Yosh, namun Bu Yessi juga bukan orang yang ucapannya dapat diabaikan.

Aku yakin Bu Yessi juga sudah memikirkan dengan matang sebelum memutuskan untuk mengatakannya padaku.

Tittttttt

Bunyi klakson panjang membuyarkan lamunanku. Terkaget, dengan sigap kakiku menginjak pedal rem.

Cekittttt

"Fiuuhh" akhirnya mobil berhenti tepat sebelum terjadi benturan. Ya, aku dalam perjalanan sekarang. Fokusku terganggu karena perbincangan dengan ibu Yessi tadi pagi. Itu benar-benar menganggu fikiranku.

Aku membuka safety-belt dan segera turun untuk memastikan keadaan. Beruntung mobilku belum menyentuh mobil yang tepat berada di depanku. Mobil itu hampir berbenturan di persimpangan ini.

Jalanan sedikit lengang, tapi aku hampir menerobos lampu merah.

"Aduh, tahu bawa mobil nggak sih?" Pengemudi mobil yang hampir kutabrak itu sudah turun dari mobilnya.

"Ma_maaf, Pak." Aku segera meminta maaf dan membungkukkan badanku beberapa kali.

"Maaf maaf. Kalau terjadi sesuatu tadi, maafmu memangnya berlaku? Itu lampu merah kan? Maen terobos aja" Dia masih marah-marah.

"Untung saja belum nabrak. Kalo tadi nabrak kamu akan saya tuntut. Bukan hanya saya yang kamu bahayakan tapi penumpang saya di mobil. Apalagi dia sedang mengandung sekarang. Emang kamu bisa mengganti nyawa, huh?"

"Mengandung?"

Mendengar ucapan bapak itu aku berjalan ke arah mobil silver ini, mengetuk kaca penumpang. Tentu saja aku harus minta maaf. Aku hampir membahayakan nyawanya dan janin dalam kandungannya.

Perlahan tapi pasti, kaca mobil itu mulai turun.

"Maaf atas keteledoran saya." Aku membungkukkan badan.

"I_iya, nggak apa-apa. Saya baik-baik saja." Ujar suara itu. Aku bernafas lega dan mendongakkan kepala.

"Cindy?!"

"Ehh, i_iya Bu."

"Kamu ternyata, aduh maaf tadi ya, saya benar-benar hilang fokus tadi."

"I_iya, Bu. Nggak apa-apa. Maaf, Bu tapi saya lagi buru-buru." Aku mengangguk.

"Pak, saya nggak apa-apa. Kita pergi saja. Saya harus cepat." Cindy sedikit berteriak memanggil supir itu.

"Ehh, i_iya Bu." Supir itu berlari kecil menuju pintu mobilnya.

"Kalau tidak bisa bawa mobil, mending nggak usah. Nyawa itu cuman satu." Bapak itu mengomel sebelum akhirnya melajukan mobilnya.

"Saya duluan, Bu." Izin Cindy yang kujawab hanya dengan anggukan.

Perlahan mobil itu menghilang dari pandangan.

Aku kembali ke dalam mobil, bernafas lega. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Aku kembali melajukan mobilku ke arah kantor Yosh setelah lampu hijau menyala. Aku memang berniat ke sana, mengantar bekal makan siang untuk Yosh yang sudah kusiapkan tadi.

Kali ini aku mencoba untuk terfokus pada jalanan. Jangan sampai kejadian tadi terulang lagi.

🍀🍀🍀

My Household [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang