#Happy reading
.
.
.
.🍀🍀🍀
Aku dan Yosh berjanji untuk memulai awal yang baru. Berusaha saling menerima, melupakan kesalahan dan memperbaikinya.
Sampai sejauh ini kami melakukannya dengan baik. Perhatian demi perhatian kuterima dari Yosh. Tak jarang Yosh tersenyum padaku, mengingatkan makan atau memberi obat kala aku sedang tidak enak badan.
Meski kami belum tidur satu kamar, tapi itu bukan menjadi masalah saat ini. Entah kenapa, perasaanku juga mulai tumbuh untuk Yosh.
Ada kalanya saat Yosh lupa menanyakan apa aku sudah makan atau belum, aku merasa ada yang kurang. Walau aku tahu Yosh belum bisa mencintaiku.
Tapi terkadang aku merasa bahwa Yosh mulai memiliki sedikit rasa untukku melalui perhatian, senyum yang semakin sering diperlihatkannya. Aku berharap hubungan kami semakin lebih baik.
Sejak hari itu juga aku akan mengantarkan bekal untuk makan siang Yosh di kantornya. Karyawan di kantornya juga sudah cukup mengenalku.
Namun, yang namanya keluarga tak akan terasa lengkap jika tidak ada si kecil. Apalagi belakangan ini, Mama dan Mama mertua juga semakin gencar menanyakan tentang anak.
Bedanya Mama akan jauh lebih mengerti sedang Mama mertua akan lebih sering memojokkan, menuduh tidak subur atau segala sesuatu. Sikap Mama Indri memang berubah sejak sepeninggalan Papa Santoso.
Tapi aku juga harus mengerti dengan keadaan mereka. Hanya saja, terlalu sering Mama datang hanya untuk menanyakan itu. Sialnya hanya aku yang akan mendengar celoteh Mama sedangkan Yosh bebas karena dia kerja di kantor.
Setiap bulan Mama indri akan datang lengkap dengan makanan dan jamu-jamu yang dipercaya menambah peluang untuk memiliki buah hati.
Aku hanya akan manggut-manggut saat diceramahi mama.
Nah benar 'kan, yang diomogin datang. Panjang umur mama Indri. Syukurnya sekarang sudah jam 7, jadi Yosh sudah ada di rumah. Kami juga baru siap makan malam barusan. Dan kami sedang menonton tv bersama.
Aku dan Yosh keluar saat menyadari kehadiran Mama. Yosh dengan sigap menghampiri mobil Mama untuk membukakan pintu mobilnya. Dan tak lama Mama Indri yang cantik, awet muda turun dengan sepatu high heels-nya yang tampak seperti wanita berusia 30-an. Lebih tua sedikit dariku. Padahal usianya udah hampir menginjak angka 5.
Jangan lupakan berbagai macam makanan dan jamu-jamu yang memenuhi kedua tangannya. Aku hanya bisa tersenyum.
Aku menghampiri Mama, menerima semua barang-barang itu dan mencium punggung tangan Mama dan disusul Yosh setelah menutup kembali pintu mobil Mama.
"Tumben datangnya malam, Ma?" tanyaku tulus sama sekali tak ada niat menyindir.
Kan memang biasanya Mama datangnya, kalo tidak siang pasti sore. Pokoknya sebelum Yosh pulang dari kantor.
Mama menatapku sedikit tajam, mungkin karena pertanyaanku yang ambigu.
"Mama tadi masih arisan, sore baru belanja. Lagian ini bahan-bahannya sulit Mama dapat," kata mama setelah duduk di sofa. Aku berjalan ke dapur setelah meletakkan barang-barang itu di atas meja untuk membuatkan teh melati buat mama.
"Ini, Ma. Minum dulu," kataku setelah kembali dengam segelas teh melati di tangan dan menyodorkannya pada Mama. Aku mulai membongkar barang-barang itu sekedar menghargai. Kan itu juga tidak ada gunanya kalau tidak dibuahi.
Dan, ya. Jamu-jamu itu lain lagi dari bulan-bulan lalu. Setiap bulannya Mama memang membawakan jamu yang beda dan katanya yang baru itu pasti jauh lebih berkhasiat. Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Household [SEGERA TERBIT]
General FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❤️ Clarita harus berjuang mempertahankan rumah tangganya. Bukan hal yang mudah menjalani pernikahan yang tidak didasari cinta, apalagi suaminya adalah mantan dari sahabatnya sendiri. Tapi Clarita tahu bahwa semua sudah menj...