Bagian 16. Khawatir

2.5K 90 15
                                    

#selamat membaca

Kuharap kau menyukainya 😊😍

.
.
.
.
.
.
Papa Santoso dan papa Alvian adalah orang yang sangat menginginkan perjodohan ini. Sekarang mereka berdua sudah pergi. Bagaimana kini nasib rumah tanggaku?

Tapi aku tidak menyesali janji yang sudah kubuat pada Papa. Untuk memaafkan dan memberi Yosh kesempatan.

🍀🍀🍀

"Ayok pulang, Yosh!" kataku pada Yosh yang masih memegangi nisan papa. Tinggal kami berdua di sini. Bahkan mama indri dan mama Feby juga sudah pulang.

"Pulanglah duluan, aku akan menyusul," katanya menolaj dengan mata sembabnya. Dia masih saja memegangi nisan itu, dan air matanya belum berhenti mengalir.

Aku memilih menunggunya, aku tidak akan meninggalkan dia sendiri. Hanya saja, kini aku memilih untuk tetap diam. Sampai dia bersedia untuk pulang.

Dia akhirnya perlahan berdiri.

"Pulanglah! Aku masih ada urusan," kata Yosh berjalan perlahan menjauhiku meninggalkan aku yang masih tetap pada posisiku.

Dia terus berjalan tanpa menolehku sampai tubuh Yosh tak terlihat lagi.

Akankah dia baik-baik saja? batinku. Aku pun memilih pulang karena hanya aku yang tinggal di sini.

🌻🌻🌻🌻🌻

Sudah pukul 24.05, tengah malam, Yosh belum juga pulang. Aku mulai khawatir, apalagi keadaannya tak cukup baik terakhir kali kulihat.

Kucoba menelepon ke nomornya, tapi tidak ada jawaban. Aku hanya mondar-mandir sambil terus mencoba menghubunginya.

Kemana aku harus mencarinya? Yosh belum pernah seperti ini.

Aku sama sekali tidak bisa memejamkan mataku, entah kenapa perasaanku tidak menentu. Aku gelisah, takut terjadi sesuatu dengannya.

Aku meneleponnya lagi.

"Angkat, Yosh! Kau dimana sekarang?" Aku bermonolog sambil mondar-mandir dengan panggilan yang sudah tersambung sambil menggigit kuku jariku, tapi tak ada jawaban dari seberang.

"Kemana dia?"

Aku mencoba meneleponnya lagi dan lagi, tapi kali ini nomornya sudah tidak aktif.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Yosh?"

Kuletakkan ponselku di atas meja, kembali mondar-mandir karena bingung harus berbuat apa.

Kuambil lagi ponselku dan mencoba menghubunginya lagi. Begitu terus berulang-ulang dan hasilnya nihil.

🌻🌻🌻🌻🌻

Tok tok tok

Kudengar seseorang mengetuk pintu. Aku melirik jam di pergelangan tanganku. Ini sudah pukul 07.00.

Ya ampun, ini sudah pagi, dan aku tertidur di sofa masih dengan ponsel yang kupegangi.
Bahkan Yosh pun belum pulang sampai sekarang.

Semoga dia baik-baik saja.
Belum pernah Yosh tidak pulang ke rumah bahkan sejak pertengkaran kami. Aku berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Ceklek

Pintu terbuka dan,

"Yosh?!" kataku yang sudah melihat Yosh berdiri tepat di depan pintu. Kuperhatikan matanya memerah dan

"Bau apa ini? Apa kau mabuk?" tanyaku. Yosh tidak menjawabku sama sekali dan berjalan ke kamar.

"Yosh?!" Aku memanggilnya, tapi tak mendapat respon, terus berlalu. Bahkan pintu kamarnya sudah terkunci.

My Household [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang