Bagian 34. Berubah

3.4K 108 54
                                    

|° Happy Reading°|
⊂(◉‿◉)つ

Klik 🌟 dan siapkan jari untuk mengomentari

Bukan hal yang mudah untuk berubah. Omong kosong jika seseorang berubah drastis dalam waktu yang sangat singkat.
Percayalah, semuanya hanya ditutupi topeng

🥀🥀🥀

"Clarita?!" Suara itu membangunkanku dari tidur. Aku bangun dan melirik jam yang bertengger di tanganku, sudah jam 07.00.

Kenapa dia membangunkan aku? Apa dia masih berharap aku memasak untuknya? Cihh

"Sayang?! Bangun. Ini ada bubur aku buatin buat kamu. Dari semalam, kamu belum makan. Nanti kamu sakit. Makan dulu, sayang."

Bubur? Hahah, sejak kapan? Kalaupun aku sakit, apa pedulimu? Bahkan sekarang aku sudah melebihi dari kata sakit.

"Sayang?!" Pria itu masih mengetuk pintu kamarku.

Aku kembali membaringkan tubuhku yang terasa kaku, dan memejamkan mata lagi.

"Sayang?!" Suara itu lagi. Aku menghela nafas kasar. Tak berniat sedikitpun untuk menjawabnya.

Lagi pula apa yang dilakukannya sampai sekarang masih di rumah? bukankah dia harus ke kantor? Atau kalau tidak, menemui wanitanya itu.

"Clarita, bangunlah! Aku keluar sebentar, ada urusan. Buburnya kutaruh di meja, jangan lupa dimakan, sayang!"

Sayang sayang, aku benci mendengar itu.

Terdengar suara mobil pria itu keluar area rumah.

Hari ini, semua berbeda. Aku tidak melakukan kegiatanku dan pria itu pergi entah kemana. Hanya saja untuk saat ini aku tidak peduli.

Aku keluar kamar, berjalan ke dapur membasahi kerongkongan yang mengering. Kulihat bubur terletak di atas meja, membuatku tersenyum sinis.

Apa arti semua ini? Dia masih berbuat baik agar aku melupakan penghianatannya? Atau untuk tetap bersandiwara?

Aku mengambil bubur itu, bukan untuk kumakan, tapi membuangnya ke wastafel. Rasanya muak hanya dengan melihatnya saja. Aku mengambil roti yang masih ada di lemari es dan segelas air hangat. Menarik kursi untuk duduk dan mulai menikmatinya.

Setelah merasa cukup, aku membuang sampah dan berjalan kembali ke kamar. Kembali merebahkan diri di kasur hingga penghianatan pria itu kembali muncul di benakku, membuat air mata yang kupikir sudah mengering, ternyata hadir lagi mulai membasahi wajahku.

Bodoh kamu Clarita, bodoh! Kenapa begitu cepat kamu berikan hatimu untuk pria itu?

Aku merutuki diri sendiri. Membenamkan wajah di bantal sambil memukul-mukul kasur tempatku berbaring.

🥀🥀🥀

Tit tit titt---suara klakson mobil memasuki area rumah. Pintu gerbang memang tak tertutup semenjak pria itu pergi tadi pagi.

Siapa itu?
Tidak mungkin pria itu, kan?

Aku mengangkat wajahku, mengusap kasar air mata yang membanjiri wajah. Terpaksa bangkit untuk memeriksa siapa yang datang.

Aku berjalan perlahan ke depan. Menyibak tirai kaca depan.

Mama? Oh tidak, kumohon. Kenapa harus sekarang? Aku tidak siap memberitahu apa yang telah dilakukan anaknya.

Mama Indri datang, sudah keluar dari mobilnya dan berjalan menuju pintu rumah.
Dengan cepat aku membuka pintu sebelum mama mengetuknya.

"Mama?!" sapaku dan langsung mencium punggung tangannya. Mama menatapku sebentar dari atas sampai ke bawah.

My Household [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang