Bab 32

2.8K 119 0
                                    

Jika sebuah masalah tidak segera diselesaikan, percayalah, cepat atau lambat ia akan memunculkan masalah yang baru.

🍃

Girls Star minus Dera melangkah beriringan ke luar sekolah, keempatnya memasang wajah angkuh seperti biasanya. Melihat keberadaan mereka, murid-murid lainnya memilih menyingkir atau bahkan menjauh sejauh mungkin.

Jika kepergok menatap dengan sinis saja, bisa-bisa orang tersebut dibully habis-habisan. Kecuali jika Gravie memerintah untuk membiarkannya saja, meski kemungkinan itu terjadi sangat kecil.

Sea menyikut gadis di sebelahnya tanpa mengalihkan tatapan, "Gra, itu kak Lean?"

Gravie mengangguk, "iya."

"Wihh kok jadi makin ganteng sih."
Vina menyentuh pipinya.

"Inget lakik woi," teriak Kezia di samping telinga temannya itu.

"Ya santai dong, Kez. Lo kita gue tuli apa." Vina menggerutu, "emang benar makin ganteng kan? Yakan?"

Kezia hanya menjawab dengan dehaman.

"Si Kezia mah seleranya nggak nyampe sana, Vin. Spik abang-abang siomay dia mah."

Vina tergelak keras,
"parah, Sea. Tapi abang siomay deket rumah gue boleh juga tuh, Kez." Alis gadis itu naik turun.

"Sembarangan lo pada!"

Gravie berdeham menyadari sesuatu. "Tapi di antara kita berlima, emang cuma lo sih Kez yang jarang gandeng cowok."

Kezia mengernyit, "Masa sih? Perasaan setelah putus dari kak Rivai lo juga nggak pernah bareng cowok deh. Baru Lean ini aja kan."

Ketiganya sedikit terkejut dengan perkataan Kezia, bukan mengenai kalimatnya, tetapi setelah sekian lamanya baru kali ini ada yang berani membawa-bawa nama mantan Gravie itu lagi.

Ketika hampir mencapai gerbang sekolah, gadis itu menghentikan langkah diikuti temannya yang lain. Ia menghadap Kezia, "Gimana maksud lo?"

"Ya.. kan emang--"

"Kalo Gravie, nggak pernah bareng cowok mah emang karena dianya aja yang nggak mau. Lagian omongan lo tadi kok kesannya gimana ya.." Vina tertawa garing, namun kemudian langsung bungkam melihat teman-temannya masih serius.

Tangan Gravie terlipat di dada.
"Jangan pernah ada yang bawa-bawa nama cowok itu lagi, terutama di depan Lean. Ngerti?"

Kezia mengangkat kedua alisnya lantas mengangguk tak ikhlas.

Gadis itu memperbaiki poni rambutnya sambil menarik napas, "kalo udah ada kabar dari Dera langsung kasih tau gue."

Setelahnya berbalik melangkah menuju mobil berserta pemiliknya yang telah menunggu di sana, ekspresi Gravie berubah ceria.

"Hai Grav," sapa cowok yang sebelumnya bersandar di mobil putihnya.

"Hai Lean, udah lama?"

Bahu Lean terangkat, tangannya kemudian membuka kacamata hitamnya, "nggak tau. Kalo nunggu cewek cantik, selama apapun bakalan terasa sebentar."

"Dasar nggak bisa diajak ngomong serius. Yaudah yuk." Gadis itu melangkah menuju pintu mobil.

"Emang kamu udah mau diseriusin? Beneran, nggak mau nunggu sampe lulus sekolah dulu?" ujar Lean ngelantur.

Gravie melihat murid-murid yang melintas melirik ke arah mereka, bahkan yang duduk-duduk di seberang, serta di halte mengarahkan pandangan pada keduanya. Bahan ghibahan baru pastinya, tapi bodoamat Gravie tidak peduli.

DERRY : manusia tanpa cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang