Gue bener-bener nggak paham isi kepala cewek itu
- Derry Barkanugraha
.
Dera mengistirahatkan tubuhnya ke salah satu bangku di kafe tempat ia bekerja, tempat ini sudah tutup setengah jam yang lalu dan kini ia tampak kelelahan setelah bersih-bersih.
"Cepetan beresin barang lo, kafe udah mau gue kunci nih." Cewek berusia lima tahun lebih tua dari Dera itu berseru lantang.
Pelayan senior paling terpercaya katanya. Padahal di sini masih ada beberapa pelayan lainnya yang masih beristirahat tapi entah mengapa hanya Dera yang menjadi sasarannya.
Setelah mengenakan jaket dan menyandang ranselnya Dera segera keluar dari kafe, layar ponselnya menunjukkan pukul 23.05. Ia membuang napas lelah, sesulit ini ternyata mencari uang.
Sampai kapan ia harus begini? Dera sungguh menyesal dulu dengan mudahnya menghamburkan uang tanpa berpikir sama sekali bagaimana susahnya mendapatkan itu.
Mata gadis itu beralih mengarah pada gedung di seberang, ingatannya kembali menampilkan sosok Gravie dan seorang cowok yang tanpa sengaja ia lihat waktu itu.
Dera mendadak membenci Gravie, ia kesal dengan sifat Gravie yang egois dan tak mau peduli mengenai orang lain. Di saat ia kesulitan, susahan, temannya itu justru asik berduaan dengan cowok baru lagi.
Lean, cowok di rooftop itu, cowok-cowok di sekolahnya, semua seakan hanya menginginkan Gravie, padahal jika boleh jujur sikap temannya itu tidak sebaik yang mereka kira.
Entahlah, Dera tidak mengerti. Ia hanya belum bisa menerima nasib dirinya yang kini harus tersingkirkan.
"Pulang naik apa?"
Dera tersentak menemukan seorang cowok mengendarai motor telah berada di hadapannya, salah satu teman kerjanya ternyata.
"Nunggu.." Gadis itu tak melanjutkan karena baru menyadari orang yang biasa ia tumpangi saat pulang, mulai kemarin sudah berhenti bekerja.
"Sama gue aja yuk, udah malem gini nggak ada kendaraan, percaya deh. Gue nggak bohong."
Dera sebenarnya enggan, apalagi cowok itu terlihat sempat mencoba mendekatinya ketika awal bekerja, tapi ia juga tidak punya pilihan lain. "Gue.."
Suara sirene mobil polisi mengalihkan perhatian keduanya, kendaraan tersebut terlihat melaju cepat di jalanan hingga suaranya terdengar samar.
"Gimana, mau nggak?"
Dera beralih, "Ehm oke, ke rumah sakit Medika ya. Jangan ngebut."
"Siap Dera, kalo boleh tau siapa yang sakit?"
"Bokap gue." Dera naik ke boncengan motor metic tersebut. "Eh nama lo siapa?"
"Kan waktu itu udah kenalan, masa lupa.." Cowok itu memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat.
"Ya sorry, muka lo bisa biasa aja?"
Cowok itu tergelak sendiri, "Aldon, nama gue Aldon jangan lupa lagi."
"Iye, udah cepetan jalan."
"Sabar mbak, elah buru-buru amat." Aldon menyalakan mesin motornya lantas segera melajukannya.
***
Di ruangan senyap dengan suara detak jam terdengar sangat jelas itu Gravie dan Derry duduk bersebelahan, keduanya tampak sama-sama menunduk. Dibatasi sebuah meja kayu, seorang pria berseragam kepolisian menatap serius keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Roman pour AdolescentsBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...