Tuk!"Ra.."
"Hm?"
"Liat gue dulu.."
"Apaan?" Gadis yang tengah sibuk menulis-nulis di depan Gravie itu tak beralih.
Tuk!
"Ishh apaan sih Grav, nggak usah pake lempar pulpen bisa nggak?" Dera berteriak kesal.
"Ck. Gue mau ngomong, dengerin."
"Sebentar, lo nggak liat gue lagi cari jawaban?"
Gravie mencibir.
Tubuhnya kemudian ia baringkan di atas karpet lembut tempat keduanya belajar saat ini, gadis itu menatap langit-langit kamar Dera dengan tatapan menerawang.
Seharusnya kini ia hanya memikirkan persiapan untuk ujian esok hari, tapi entah mengapa mendadak ada hal lain yang seakan terus mengusik.
Termasuk mengenai hal-hal yang mungkin harus siap ia hadapi di kemudian hari.
Helaan napas panjang terhembus dari mulut Gravie. Mengapa tak ada satupun hari yang dapat ia lewati dengan pikiran dan perasaan tenang, apa ini hanya dirinya yang terlalu overthinking?
Sejak kapan ia berubah menjadi orang yang seperti ini.
Brakk
"Arghh gue nyerah! Gue pusing huaa.."
Gravie terbahak senang, "Rasain lo! Udah gue bilang, materi ini tuh yang paling susah, nggak bakalan bisa."
"Nyesel banget gue dulu lebih banyak main, huh!"
"Trus gimana?"
"Tauk dah, kesel gue!" Dera menutup bukunya dengan kasar. "Eh btw tadi lo mau ngomong apa?"
Gadis yang tengah berbaring itu bangkit ke posisi duduk, tangannya kemudian menyelipkan rambut ke belakang telinga. "Itu.. tentang Derry, menurut lo gimana?"
"Derry? Kenapa emang?"
"Derry.." Gravie memberi jeda. "Lo masih inget Kinan yang pernah gue ceritain kan?"
"Kakaknya Zerina? Yang pernah deket-"
"Iya nggak usah diperjelas juga."
Dara cengengesan, "Sorry, kenapa? Bukannya lo bilang hubungan mereka udah selesai?"
"Sebenarnya tuh.. Kinan ada nitip sesuatu buat gue sampein ke Derry, cuma permintaan maaf dan ucapan terimakasih sih. Tapi masalahnya sampe sekarang gue masih belum nemu waktu yang tepat buat bilang ke Derry, dan itu sedikit ganggu gue."
"Kenapa harus waktu tepat? Tinggal nyampein doang kan?"
Gravie menangkupkan kedua pipinya, "Masalahnya perasaan Derry ke gue tuh masih abu-abu, kalo tiba-tiba gue nyampein kata-kata Kinan. Trus Derry merasa punya harapan, trus dia ninggalin gue?"
Dera menatap seolah takjub, "Wow, demi apa? Baru kali ini gue melihat seorang Gravie tidak percaya diri."
"Dera please deh!"
"Hahaha.. oke oke, menurut gue tunggu waktu yang tepat aja. Tapi kalo gue boleh berpendapat nih ya, kayaknya Derry tipe orang yang teguh sama pendirian dan nggak plin plan, jadi gue rasa dia nggak bakalan balik lagi ke apa yang udah dia tinggalkan dengan alasan apapun."
Sejujurnya Gravie juga sempat berpikir seperti itu, tapi meski begitu kemungkinan terburuk pasti akan selalu tetap ada.
"Kalo lo sama Aldon gimana?" tanya Gravie balik sambil menaik turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
JugendliteraturBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...