Kita semua terjebak, terperangkap dengan dugaan yang kita ciptakan sendiri.
🍃
Cowok dengan rambut basah itu terlihat keluar dari salah satu bilik kamar mandi, tangannya memegang baju dan celana kotor yang telah lembab.
Sementara di bahunya tersampir handuk coklat yang entah benar-benar coklat atau karena lama tidak dicuci.
Kotak kecil yang tersedia di depan kamar mandi umum itu ia lewati saja, seolah bukan apa-apa. Sedangkan lelaki yang tengah berjaga disana terlihat tak ingin ambil pusing.
Ia bisa menegur orang lain, tapi untuk orang yang baru saja keluar dari sana, sungguh, ia tidak ingin berurusan lagi.
Perlu berjalan sekitar seratus meter hingga Derry bisa menemukan ruko bertuliskan besar 'Laundry Fi' di bagian atasnya, cowok itu kemudian melangkah masuk ke sana.
Beberapa gadis asing yang telah lebih dulu berada disana terlihat saling menyikut saat melihat cowok itu, mereka cekikikan kemudian tersenyum saat Derry menoleh.
Cowok itu tak menghiraukan,
setelah menyerahkan pakaian kotornya berserta handuk kepada pegawai. Ia segera berbalik dan melangkah keluar sembari memasukan kertas nota yang sempat diberikan pegawai tadi.Belum mencapai langkah ke lima,
suara panggilan kembali membuat Derry terhenti. Ia menoleh.Terlihat ketiga gadis ABG tadi saling mendorong pelan, hingga akhirnya salah satu diantaranya maju ke hadapan cowok itu.
"Ehm.. mas boleh minta nomor WA nya nggak?"
Sebelah alis Derry terangkat.
Gadis berlipstik merah terang itu menyerahkan ponselnya,
"Boleh ya.."Derry tidak merubah ekspresinya sama sekali, tangannya meraih ponsel tersebut. Cekikikan tertahan ketiga gadis itu kembali terdengar.
Sesaat kemudian cowok itu menyerahkan kembali ponsel ditanganya.
"Makasih mas ganteng.." Gadis itu terkikik sendiri.
"Umur lo berapa?"
Pertanyaan Derry membuat kikikan gadis itu berangsur hilang, berganti dengan tatapan kagum,
"Enam belas.."Cowok itu menganggukkan kepala lama, "Gue kira dua lima."
"Ha?" Tunggu maksudnya mereka berwajah tua?
Sebelah sudut bibir cowok itu kembali terangkat, ia membalikkan badan lantas segera melangkah menuju tujuan awalnya.
"Ih kok nyebelin, maksudnya apa coba muka gue tua ya?" Gadis itu bertanya pada kedua temannya.
Keduanya dengan cepat menggeleng, "Eh, yang penting kan lo udah dapet wa nya."
Gadis itu diam.
"Bener juga." Ia segera melihat kembali ke layar ponselnya dan sontak matanya membulat.
911
Bukannya sederet nomor yang tertulis disana, justru kode nomor kepolisian untuk keadaan darurat.
"Ahh Mamaaa.."
🍃
"Aw sakit woi!" Gravie memukul bahu cowok yang tengah jongkok mengobati luka di lututnya.
"Baru juga mau obatin." Cowok itu kemudian kembali menempelkan kapas yang telah diberi antiseptik ke permukaan kulit gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Novela JuvenilBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...