Dan pada akhirnya
kamu berhasil menemukan apa yang selama ini kamu cari.
Hujan masih turun deras. Gadis dengan rambut sedikit berantakan itu berlari kecil menjauhi mobilnya, sepertinya sebuah jaket saja tidak begitu efektif melindungi tubuhnya, melihat kini pakaiannya mulai terasa lembab.
Lokasi yang Zerina kirimkan ternyata mengarah pada restoran cepat saji yang lumayan hits. Dan di sinilah Gravie berada sekarang, celingukan sambil sesekali menatap ponsel mengikuti petunjuk yang adik kelasnya itu kirimkan.
Tempat ini tak jauh berbeda dengan kafe milik Ganda tadi, tidak begitu ramai. Wajar saja, tak banyak orang yang ingin keluar saat turun hujan seperti saat ini, apalagi sudah menuju tengah malam.
"Kak Grav!" Seseorang melambai pada Gravie.
Ternyata di sana. Gadis itu segera melangkah menuju meja yang sejak tadi ia cari.
"Sorry kak ngabarinnya mendadak, lo kehujanan?" tanya Zerina mengamati sepupunya tersebut.
Gravie menduduki bangku di depan Zerina, "Nggak apapa, jadi gimana? Gue nggak bisa nunggu lebih lama lagi."
"O-oke, tapi minum dulu kak, tuh udah gue pesenin.."
"Gue udah minum, langsung aja Kinan itu siapa?" tanya Gravie to the point, sejujurnya ia tidak sesiap kelihatannya, tapi sepertinya rasa penasaran benar-benar mendominan sekarang.
Gadis dengan hoodie coklat itu sejenak mengalihkan pandangannya dari Gravie, "Tapi kak, sebelumnya lo harus janji dulu setelah ini bakal anggap gue orang terdekat lo.."
"Oke gue janji."
"Lo juga harus janji apapun yang lo tau setelah ini, lo harus terima. Tanpa emosi, penyangkalan atau menganggap semua ini kebohongan.."
Baiklah. Gravie mulai merasa cemas, sepertinya semua ini akan sangat berat, "Gue janji."
"Terakhir, lo harus jaga hal ini baik-baik demi mereka yang bersangkutan."
"Oke, ada lagi?"
Zerina menatap serius kemudian menggeleng, sebuah senyum kembali terbit di bibirnya.
"Tunggu sebentar ya kak," ucapnya.
Gravie mengernyit, "Tunggu? Tunggu ap-"
"Hai!" Seseorang berdiri tegak di depan meja mereka, perhatian keduanya tertarik.
Seorang gadis tinggi, wajahnya oval dan putih, rambut hitam panjang terurai, pakaian feminim, serta memiliki senyum manis dan terkesan ramah.
Cantik memang. Tapi Gravie merasa dirinya masih tidak kalah cantik sih.
Jika diperhatikan gadis ini mirip Zerina namun versi lebih dewasa, siapa? Kakaknya? Mengapa bisa berada di sini.
Gadis dengan senyum manis itu menempati bangku di sebelah Zerina, Gravie masih mengamati tak mengerti. Tunggu, ia baru sadar sejak tadi ada dua tas di dekat Zerina.
"Kak Grav, kenalin nih kakak gue," kata Zerina tak melepas senyumnya.
Gravie tersenyum tipis, ternyata tebakannya benar, tapi untuk apa Zerina membawa kakaknya. Bukankah itu akan menggangu.
"Hai, gue Gravie.." Ia mengulurkan tangan.
Kakak Zerina yang sepertinya berumur diatas Gravie itu membalas uluran tangannya, senyum manisnya belum memudar, "Gue tau, salam kenal ya, gue Kinan."
WHAT?!
Detik itu juga senyum Gravie menghilang, berisiknya suara hujan di luar seketika dikalahkan oleh suara detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Ficção AdolescenteBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...