MTC | Extra Part

6K 165 9
                                    

Gravie menutup bagasi mobilnya setelah menyimpan sebuah kotak besar di sana, gadis dengan rambut hitam sedikit bergelombang serta pakaian berwarna krim itu kemudian mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat.

Hari ini, beberapa bulan setelah kelulusannya dari sekolah menengah atas. Ya, kini Gravie bukan lagi anak SMA, melainkan mahasiswi.

Ia lulus tes jalur mandiri di salah satu universitas negeri di kotanya, sejujurnya ayahnya masih berharap Gravie bisa kuliah di luar negeri seperti beberapa sepupunya yang sudah lebih dulu, contohnya Kinan. Namun berhubung gadis itu menolak, Domio akhirnya mengalah.

Jangan tanya apa alasan Gravie menolak, karena kalian pasti sudah tau jawabannya. Yap, Derry.

Cowok itu benar-benar berusaha sangat keras sejak bekerja di restoran ayahnya, datang tepat waktu, pulang setelah restoran bersih, menghindari kesalahan sekecil apapun, tidak ingin mengangkat telepon saat bekerja.

Sudah berulang kali Gravie mengatakan pada Derry untuk tidak berlebihan dan membuat dirinya terlalu lelah, tapi cowok itu justru bilang memang ini yang seharusnya ia lakukan.

Ada benarnya karena ternyata Domio lumayan terkesan dan kini mengangkat posisi Derry menjadi supervisor, artinya sekarang pekerjaan cowok itu akan lebih ringan.

"Hei," Gadis itu melambai melihat Derry melangkah keluar dari restoran kemudian berlari kecil menghampirinya.

"Aku bilang kan nggak usah jemput."

"Kenapa? Yaudah deh, ak-"

"Jangan." Derry menahan lengan gadis itu, "Jangan ngambek."

Gravie tergelak, "Mana bisa sih aku ngambek sama kamu."

"Nggak bisa apanya.. terus yang kemaren itu apa?"

"Yang mana? Kamu tuh yang suka ngambek."

"Kamu lah."

"Kamu!"

Derry mendengus, kalau diteruskan tidak akan ada habisnya, "Mau aku atau kamu yang nyetir?"

"Aku aja, ntar kamu capek." Gravie tersenyum lantas melangkah memasuki mobil.

Biasanya Derry pulang bekerja pukul sepuluh malam setelah restoran tutup, tapi berhubung kali ini ada janji dengan Gravie juga dirinya yang belum pernah bolos, akhirnya cowok itu memilih izin pulang lebih cepat.

"Gimana rasanya jadi supervisor? Pasti sering galak ya, kasian yang lain."

"Galak seperlunya kok."

Gravie memutar setir memasuki sebuah gang, "Pasti banyak cewek-cewek yang naksir juga kan? Kamu jangan genit ya, awas aja."

Derry terkekeh sendiri melihat kekasihnya, entah sejak kapan ia mulai menyukai ekspresi kesal Gravie yang menurutnya lucu.

"Aw! Ihhh Derryyy.." sebal gadis itu sambil mengusap pipinya yang dicubit Derry.

"HAHAHA.. liat jalan tuh, ntar nabrak."

"Awas aja ya kamu."

Mobil Gravie terhenti tepat di depan sebuah kontrakan sederhana namun bagus.

"Aduh! Aduh!"

"Rasain!" Gadis itu kembali ingin memukuli Derry namun kedua pergelangan tangannya ditahan.

"Nah mau apa? Nggak bisa gerak kan?"

"Derryy.."

Cowok itu tergelak puas, tak lama kemudian tawanya terhenti saat melihat ke suatu arah, "Grav, liat tuh!"

DERRY : manusia tanpa cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang