"Lo harus tau siapa itu
Gravie Theana."🍃
Gravie Theana Domio. Satu nama dalam tiga kata itu sudah tak asing lagi seantero sekolah, SMA elite yang murid-muridnya punya seragam khas tersendiri itu memiliki satu siswi yang menajak populer sejak masa orientasi.
Bagaimana tidak, di hari pertama masuk sekolah saja salah satu seniornya sudah dapat ia buat luluh demi meloloskan diri dari kegiatan yang wajib dilakukan peserta orientasi. Alhasil gadis itu hanya berdiam diri di kelas dengan wajah di buat sememelas mungkin.
Gravie, nama yang di ambil dari kata gravitasi yang berarti gaya tarik bumi, begitu yang Papa gadis itu katakan saat dulu ia sempat bertanya arti namanya.
Ketika mulai beranjak remaja,
Gravie baru menyadari arti sesungguhnya dari namanya tersebut. Gravie, gadis yang memiliki daya tarik tersendiri dibanding orang-orang disekitarnya. Ia menyimpulkan sendiri, namun memang begitulah kenyataannya."Pokoknya kesel, nyebelin, cowok aneh, pencuri, nggak tau diri, sok hebat, sok jago, ISHHH.." Gadis yang kini menjadi pusat perhatian keempat temannya itu terus mencabik cabik roti isi sosis dengan garpunya.
Meja paling pojok di area kantin yang saat ini mereka tempati, tak luput dari perhatian murid-murid lain, pasalnya ketua geng cewek-cewek hits itu terlihat sangat badmood sejak terlambat datang pagi tadi.
Entah karena mendapat hukuman dari guru bimbingan konseling atau ada hal lain, mereka masih menerka-nerka ingin tahu. Kan lumayan, untuk dijadikan bahan gosip di kelas.
"Yaudah sih Gra ikhlasin aja, eh tapi kalo dipikir-pikir.. sayang juga sih barang semahal itu.." Kezia menanggapi setelah menelan mie ayam kesukaannya.
Cerita Gravie mengenai peristiwa malam tadi membuat keempat temannya itu sempat melongo tak percaya, bagaimana mungkin ada cowok tak di kenal dengan senang hati menolong seorang gadis muda tanpa imbalan.
Dan nyatanya kecurigaan mereka terjawab sudah, cowok itu tak lain dan tak bukan adalah seorang pencuri. Pencuri yang sangat pintar.
Gerakan menyiksa makanan yang dilakukannya terhenti sejenak, kini tatapan Gravie mengarah pada gadis dengan rambut terikat itu.
"Hish. Masalahnya itu barang pemberian, Kez. Ya lo bayangin aja gimana perasaan dia waktu tau gue nggak bisa jaga barang itu. Lo pikir dong!"
"Tinggal jujur aja kali.."
Sea menyahut enteng, seolah tak mengerti akan karakter temannya yang tak pernah ingin mengakui kesalahan."Atau.." Vina menggantung kalimatnya, menunggu yang lain menatapnya penasaran. "Lo ganti yang baru aja."
"Dih, bego! Mana ada yang sama persis dijual disini." Dera menoyor kepala Vina, mewakili Gravie yang kini memegang pelipisnya.
"Eh? Kenapa lo nggak cari cowok itu aja, ancam suruh balikin kalung yang dia curi." Kezia kembali berujar, kini saran gadis itu menarik tatapan penuh pertimbangan dari Gravie.
"Ide bagus tuh." Dera menanggapi yang kemudian disambut anggukan dari yang lainnya.
Ngancam? Hmm...
"Oke, saran lo perlu gue coba. Tapi kalian tetap harus pada bantuin, gue punya rencana." Gadis itu menatap satu per satu temannya yang menunjukkan senyum antusias dengan acungan ibu jari.
Gravie menarik sebelah sudut bibirnya, tangannya yang tadi memegang garpu kini telah terlipat di atas meja.
Pencuri manis, biar gue kasih tau siapa itu Gravie Theana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Roman pour AdolescentsBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...