Bab 18

3.3K 146 0
                                    

Jika dua orang selalu dipertemukan
pada tempat yang tak pernah
terpikirkan sebelumnya,
apa itu yang namanya takdir?

🍃

Gravie meniup pelan kuku-kukunya seraya menatap layar laptop yang masih menyala, menampilkan foto pemandangan dan beberapa tempat indah nan menyejukan mata.

Gadis itu memang berencana menghabiskan masa hukumannya dengan berlibur, ya setidaknya ia bisa memanfaatkan waktu dengan baik sekaligus menyegarkan pikiran yang terlanjur berantakan.

Lagipula tidak ada larangan untuk itu kan?

Jika ditanya kemana ia ingin pergi, jawabannya Singapore. Gravie ingin menemui Lean yang kini tengah berada di sana. Namun jika dipikir ulang, sepertinya hal itu mustahil ia lakukan. Ayahnya tidak akan memaafkannya.

Lagipula Gravie tidak senekad itu berpergian sendirian, hellow

Kabar buruknya, sekarang ia belum juga memutuskan kemana dirinya akan berlibur. Semua tempat wisata menarik yang direkomendasikan sudah pernah ia kunjungi. Iya, tak perlu heran karena jalan-jalan dan berbelanja memanglah hobi Gravie, catat.

Gadis itu mendengus lantas menutup laptopnya, tangan kanannya ia gunakan untuk menopang dagu sementara matanya melirik cat di kukunya yang mulai mengering.

Yang ia butuhkan saat ini adalah sesuatu yang berbeda, suatu hal yang menyenangkan dan sedikit.. menantang? Haha. Yang benar saja, itu seperti bukan Gravie sama sekali.

Tok tokk tokk

Ketukan di pintu membuat gadis itu kembali tegak, setelahnya pintu terbuka.

"Maaf Non, anu saya mau tanya ini baju punya Non Gravie bukan?" Bi Sri, ART gadis itu terlihat menujukkan pakaian berwarna hitam.

Gravie mengeryit. "Hoodie maksudnya, iya itu punya aku."

"Duh bener, anu aduh ini Non.." Wanita paruh baya itu terlibat gugup.

"Kenapa? Lupa dicuci?"

Bi Sri menggeleng.
"Itu, anu lengannya robek, saya nggak tau Non beneran. Suwer."

Mata gadis itu membulat.

Mati! Masalahnya itu hoodie punya Derry

Gravie sontak melompat dari kasur segera meraih pakaian tersebut. Dilihatnya pada bagian lengan dan benar saja, ada robekan melintang di sana. "Astaga! Kok bisa sih Bik!"

"A-ampun Non saya nggak tau, waktu mau saya setrika sudah--"

"Bik Sri kok nggak becus banget sih! Trus sekarang gimana? Mau gaji saya potong?"

"Jangan Non jangan." Wanita itu menunduk menyesal, "Saya minta maaf, na-nanti saya gan--"

"Udah nggak usah! Sana pergi-pergi.." Gravie menggerakkan tangannya mengusir.

Bi Sri buru-buru berbalik masih menunduk menyesal, tangannya sempat terlihat mengusap pelupuk mata sebelum kembali menoleh mendengar gadis itu memanggil.

"Bik jangan lupa ntar susunya, jangan sampe kemanisan lagi!"

Wanita itu mengangguk kemudian segera keluar dari ruangan, sementara Gravie meringis menatap benda di tangannya. Kepalanya mendadak pusing.

Gimana nih?? Aduhhhh oke tenang, tarik napas.. buang.. gue nggak perlu risau, ngapain takut coba.

Itu cuma Derry, cowok yang--ah pasti bisa gue atasin.

DERRY : manusia tanpa cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang