Penyesalah memang selalu
datang belakangan🍃
Tak dipungkiri Gravie benar-benar muak dengan tampang cowok di hadapannya ini. Ia sungguh tidak paham, mengapa bisa-bisanya dulu cowok itu menjadi orang yang begitu ia sayangi. Kebodohan.
"Kok diem. Takut pacar lo marah ya?"
Gadis itu menarik napas dalam.
"Mending sekarang lo pergi. Pergi!!"Rivai menelengkan kepala,
tersenyum menatap Gravie intens, "bener ya kata orang, kalo udah jadi mantan tuh, keliatan lebih cantik.""Lo nggak denger gue ngomong apa? Gue bilang pergi."
Cowok itu kembali tegak bersamaan dengan ekspresinya yang berubah dingin. Senyumnya menghilang, dalam sekejap ia memperlihatkan sisi dirinya yang lain. "Coba diulang sekali lagi."
Gravie menelan liur ketika mata keduanya bertatapan. Sial, mengapa ia merasa tatapan Rivai sangat menusuk. Terlihat ada kemarahan yang sama besar dengannya di sana.
"Lo takut, Grav?"
"K-kenapa gue harus takut?"
Gadis itu mengalihkan pandangan sambil merutuki mulutnya yang tidak bisa diajak bekerja sama.Rivai menarik sebelah sudut bibirnya puas, tangannya terulur ke arah rambut gadis itu namun dengan cepat ditepisnya.
"Rivai, lo sama gue udah selesai. Gue nggak mau balikan, dan kita nggak mungkin sama-sama lagi. Sekarang mau lo apa sih?"
"Kenapa. Apa karena cowok itu?"
Mata Rivai mengarah pada Lean yang kini masih sibuk menerima telpon di dekat pintu keluar."Nggak usah bawa-bawa dia!"
"Oke, berarti karena cowok lain. Sebentar biar gue tebak, hm.." Rivai berlagak sedang berpikir keras, teman-temannya yang masih berada di meja terlihat terkikik memperhatikan mereka.
Gravie mulai geram,
sesekali menoleh pada Lean yang ternyata juga melakukan hal yang sama. Lean pasti melihat mereka berdua, harus mencari alasan apa dirinya."Rivai! Lo--"
"Karena Derry bukan?" tanyanya seketika berhasil membuat gadis itu membeku.
Mulutnya yang masih berbicara pun seketika bungkam tanpa suara. Gravie menatap antara syok dan tak mengerti. Apa dirinya tidak salah dengar, bagaimana Rivai bisa tahu mengenai Derry? Mustahil, ia pasti asal bicara.
Namun bagaimana jika tidak,
teman Derry yang berbicara dengannya saat itu juga mengatakan sesuatu mengenai Rivai. Apa mereka saling mengenal? Apa, apa yang terjadi.Gravie memperhatikan perubahan penampilan cowok itu. Apa mungkin... jangan bilang saat ini Rivai sudah menjadi orang seperti Derry?
Detik berikutnya ia merasakan punggung tangannya digenggam bersamaan dengan kedatangan Lean. Sontak gadis itu menarik cepat melempar tatapan tajam pada Rivai, mulutnya mengumpat tanpa suara. Lagi-lqgi cowok itu menyeringai. Rivai benar-benar melakukannya dengan sengaja.
"Siapa?" Lean yang sudah terlanjur melihat genggaman itu bertanya datar pada Gravie.
"Lean dia--"
Rivai bangkit memasang wajah tak bersalah, "sorry bro, cewek lo kayanya tertarik sama gue deh."
"Apa? Heh lo jangan ngada-ngada ya!" Gravie berdiri mulai emosi, bisa-bisanya cowok itu mengarang cerita. Jelas-jelas da yang sejak tadi menggodanya.
Beberapa orang di sana menoleh ke arah mereka. Lean tetap diam, namun ekspresi wajahnya menujukkan jelas bahwa dirinya mulai tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
أدب المراهقينBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...