Semua orang pernah merasakan hidup dalam kepura-puraan, jangan salahkan keadaan. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang sebenarnya kau takutkan?
🍃
Banyak orang menyebut Gravie adalah orang yang beruntung, terlahir di keluarga yang kaya raya dengan parasnya yang nyaris sempurna, terkenal dan disegani banyak orang.
Terlepas dari semua itu mereka tak pernah ingin tahu bagaimana kehidupan gadis itu yang sebenarnya, bagaimana kehidupan membentuk karakter dalam dirinya.
Ibu Gravie meninggal dunia sejak dirinya belum bisa memahami apa arti kematian, mulai saat itu ia tumbuh besar hanya bersama Ayahnya.
Pernah sekali dirinya tidak sengaja mendengar nenek dari ibunya ingin mengasuhnya namun ayahnya tidak mengizinkan.Gravie kecil merasa hidupnya baik-baik saja meskipun tak jarang dirinya merasa iri dengan teman-temannya yang selalu diantar jemput ibu mereka ke sekolah.
Meskipun terkadang dirinya merasa kesal dengan hal-hal kurang tepat yang dilakukan Ayahnya, mengikat rambut panjangnya tinggi sebelah misalnya.
Gravie tidak merasa keberatan karena setelah itu ayahnya selalu menyisihkan waktu untuknya, ayahnya dapat membuat dirinya lupa bahwa keluarga kecil mereka sebenarnya tidak lengkap.
Namun hal itu ternyata berubah saat gadis itu menginjak Sekolah Menengah Pertama. Hubungan kerja sama yang dilakukan ayah Gravie bersama rekannya mengalami masalah hingga mengharuskan mereka pecah kongsi, alias merintis segalanya seperti semula lagi.
Mulai saat itu, Gravie merasakan jelas perubahan sikap ayahnya. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya bahkan bisa semalaman.
Terkadang emosinya terlepas membuat hubungan keduanya kian merenggang, apalagi setelah ayahnya berhasil mendirikan Restoran yang menyita banyak waktu kebersamaan mereka.
Jujur, Gravie merasa kehidupan mereka jauh lebih baik secara keuangan namun tidak dengan kekeluargaan, tanpa sadar hal itu ikut merubah dirinya. Gravie menjadi gadis yang ingin menguasai segala hal, gadis yang ingin mendapat perhatian dari semua orang.
Sampai saat dirinya masuk SMA ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita berumur 28 tahun, Gravie menjadi sering memberontak sejak itu. Ia menganggap semuanya tidak adil.
Ia juga menolak mentah-mentah saat ayahnya meminta dirinya pindah ke rumah yang baru, Gravie ingin tetap di rumah lama mereka hingga akhirnya ayah dan anak itu tinggal secara terpisah.
Gravie hanya memiliki uang ayahnya, bukan kasih sayangnya.
"Grav, mau ya jadi cewek gue.. please. Gue udah suka sama lo sejak kita kelas satu." Cowok bertubuh tinggi itu terlihat terus mengikuti gadis yang terlihat tengah terburu-buru.
Gravie menghentikan langkahnya sembari mendengus, "Duh, siapa nama lo.. mending pergi aja deh, nggak usah ganggu gue."
Cowok seangkatan Gravie itu terlihat menangkupkan kedua tangannya,
"Mau ya, gue setia kok.""Nggak!"
"Gue beneran suka, Grav. Gue bakal buat lo bahagia, serius."
"Heh! Lo ngaca dulu dong kalo mau jadi pacar gue, modelan gembel gini aja banyakan gaya!" Gadis itu membalikkan badan lantas melangkah cepat meninggalkan cowok yang mungkin hatinya telah hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Roman pour AdolescentsBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...