Ketika segala hal ini ternyata bukan sekedar tentang kita
🍃
Minggu pagi rasanya jalanan lebih ramai dari biasanya. Di jam seperti ini, orang-orang yang sebelumnya berolahraga di lapangan kota terlihat mulai beranjak pulang. Macatnya laju jalanan membuat sebagian orang mulai kehilangan kesabaran, beberapa pengendara motor memilih menyelip di antara mobil dan kendaraan lain.
Karena posisi yang memang terlalu sempit, alhasil motor terserempet menyenggol mobil mengakibatkan si pengendara dan motornya terjatuh ke jalanan. Alih-alih menghindari kemacetan, kejadian itu justru membuat situasi lebih parah. Apalagi pengendara motor tersebut membawa anak laki-laki yang kini mendapat luka di lengan kirinya.
Gravie merasa benar-benar terperangkap dengan semua drama di jalanan ini, mobilnya kini berada di antara puluhan kendaraan lain. Ia tak punya pilihan lain selain menunggu.
Setelah mendapat pesan dari pengirim entah siapa itu, pikiran Gravie menjadi tidak tenang. Kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan Rivai, atau mantannya itu memang sengaja memberi peringatan. Entah apa tujuannya yang jelas Gravie belum puas kalau belum melihat Derry baik-baik saja.
Demi apapun. Gadis itu tidak mengerti apa yang membuatnya menjadi sepeduli ini.
Menurut Gravie, Derry itu seperti.. terlalu banyak menyimpan hal untuk diabaikan. Maksudnya selama gadis itu dekat dengan seorang cowok, tak butuh waktu lama ia mengetahui seluk beluk cowok tersebut. Karena memang mereka sendiri yang menceritakan semuanya untuk membuat gadis itu terkesan.
Satu-satunya yang tidak seperti itu ya, Rivai. Itu sebabnya mereka sempat menjalin hubungan, itu sebabnya juga saat cowok itu menghilang Gravie tak dapat menemukannya. Karena ia memang tak tahu banyak mengenai orang yang saat itu masih menjadi kekasihnya.
Bedanya saat bersama Rivai,
Gravie tak pernah punya keinginan untuk mencari tahu mengenai cowok itu. Sementara ketika dengan Derry, ia ingin tahu semuanya, segala hal dari cowok berandalan itu.Tiinnnn
Tiinnn
Hal lain yang paling Gravie benci ketika terjebak dalam kemacetan, yaitu suara klakson kendaraan lainnya. Tidakkah mereka mengerti itu tak mempengaruhi apapun?
"Woi berisik!" teriak gadis itu pada mobil di belakangnya setelah membuka kaca jendela.
"Mbak, jalanan udah lengang tuh, kok masih diem di tengah jalan!" ujaran salah satu pengendara motor yang melintas membuat gadis itu sontak kembali menghadap depan.
Benar saja, jalanan di depannya telah kosong. Ia terlalu banyak melamun hingga tak menyadari kemacetan telah berakhir, dengan cepat Gravie melajukan kembali mobilnya.
Fokus Graa, fokus!
Belum sampai satu menit memperingatkan dirinya sendiri, gadis itu kembali berdecak kesal menyadari satu hal.
Aishh si Abeng sama Bagus kan masih kesel ke gue, yang ada ntar gue diusir lagi. Apa gue minta maaf aja ya, tapi masa iya segampang itu. Trus gimana dong??
Gravie mengigit bibir bawahnya sembari sesekali melempar pandangan ke deretan pertokoan di pinggiran jalan, ia harus memikirkan sesuatu. Sesaat kemudian ia mengulum senyum.
Ah, gue punya ide!
***
"EMANG DASAR ANJING TUH MEREKA SEMUA! KITA HAJAR AJA UDAH, BIAR MATI SEKALIAN!!"
"SETUJU! PENGHINAAN INI NAMANYA!"
"NGGAK TERIMA GUE DIGINIIN!"
Umpatan penuh emosi tak hentinya kembali terlontar dari sekelompok cowok dalam ruangan mirip kapal pecah itu, pasalnya saat mereka semua kembali dari kafe dini hari tadi, tempat yang menjadi rumah mereka itu telah berubah menjadi tempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Novela JuvenilBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...