Selalu ada pelajaran dalam setiap kejadian, maka bersyukurlah
.
Kehilangan adalah momen yang paling tidak diinginkan siapapun, ini fakta. Nyatanya meski dengan berat hati mereka harus menerimanya, tidak ada yang bisa menyangkal hal tersebut, yang sudah ditakdirkan pergi maka akan tetap pergi.
Begitulah hidup.
Hari ini masih mendung, rintik hujan menemani langkah Gravie dan orang-orang berpakaian hitam lainnya menuju pemakaman.
Dada gadis itu masih sesak. Beberapa orang di sana tak dapat menahan isak tangis, terutama ketiga orang di bawah payung hitam itu. Mereka seakan tak ingin menyaksikan semua ini.
Orang-orang mulai saling menguatkan, Gravie mengusap air matanya. Rintik hujan semakin deras saat bunga mulai ditaburkan.
Ia terisak, sebuah payung kemudian melindungi Gravie.
"Ntar lo sakit."
"Der.." Ia memeluk Derry.
"Lo jangan ikutan sedih, lo harus nguatin Dera. Bokapnya udah tenang sekarang.."
Ya, ini pemakaman ayahnya Dera. Siapa sangka ternyata semuanya tidak semulus yang telah direncanakan.
Ayah Dera meninggal lima hari setelah kejadian penculikan oleh Rivai itu. Operasinya berjalan lancar, mereka semua mengucapkan syukur mengira semuanya telah baik-baik saja. Namun ternyata takdir berkata lain, pria itu menghembuskan napas terakhirnya dini hari tadi.
Dan itu pukulan telak untuk keluarga Dera, serta Gravie yang paham betul bagaimana temannya itu menyimpan harapan besar untuk kesembuhan ayahnya.
Rasa cemas diam-diam menyelimuti perasaan Gravie, jujur kini ia takut kehilangan seorang ayah seperti Dera. Ia bahkan belum menghubungi ayahnya sejak pertengkaran itu, semoga semuanya baik-baik saja.
Satu per satu orang mulai meninggalkan pemakaman, ibu dan adik laki-laki Dera dituntun melangkah menuju mobil, mereka tampak sangat terpukul sekaligus menyesal.
Gravie menangis melihat Dera masih di sana, Aldon memegangi payungnya mencoba membujuk segar segera beranjak namun gadis itu terlihat enggan.
"Dera.." Gravie berjongkok memeluk temannya itu, tak peduli dengan hujan yang mengguyur pakaiannya dan Derry yang sibuk menghalau.
"Grav, p-papa..."
"Iya gue tau." Gravie menahan isakan sebisanya. "Lo yang sabar ya.."
Gadis itu baru menyadari ternyata teman-temannya juga masih berada di sana, Sea ikut memeluk Dera di sisi lain, disusul Kezia lalu Vina.
Setelah sekian lama, setelah pertengkaran dan segala drama yang telah terjadi. Untuk pertama kalinya keempatnya kembali bersama seperti ini.
"Lo nggak sendiri Ra, ada kita.. lo harus kuat."
Dera menangis, "Makasih banyak, makasih.."
Aldon dan Derry saling melempar pandangan, ikut merasa terharu namun tidak bisa menangis.
Hujan pun terus mengguyur.
***
Lima hari lalu memang menjadi hari yang sangat menegangkan bagi Gravie dan yang lainnya, bagaimana tidak, mereka nyaris kehilangan Derry.
Singkatnya, saat itu Jesy dan teman-teman lainnya tengah berjaga-jaga karena mengetahui Rnv ternyata menyadari rencana mereka soal menyingkirkan satu per satu anggotanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Genç KurguBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...