Karena kamu tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi saat ini, nanti dan esok hari
.
Koridor rumah sakit mendadak terasa sangat panjang, Gravie yang terlanjur panik melangkah cepat mendahului Derry yang kini menggendong Chesie.
Sampai di depan ruang inap ayah Dera, gadis itu menemukan Aldon tengah menenangkan Dera yang terisak.
"Dera! Gimana? Bokap lo nggak apa-apa kan?"
"Gravie.." Dera memeluk temannya itu. "Gu-e ta-kut.."
Gadis itu mengusap-usap punggung Dera, matanya tertutup sesaat seolah ikut merasakan apa yang temannya itu alami, "Lo tenang dulu ya.."
Derry yang baru datang menendang pelan kaki Aldon meminta penjelasan, sementara gadis kecil di gendongannya hanya menatap tak mengerti.
"Dera!" panggilan seseorang atau lebih tepatnya segerombolan orang membuat pelukan keduanya lepas.
Gravie sedikit terkejut begitupun ketiga gadis yang kini berada di hadapan mereka.
"Loh lo juga di sini, Gra," kata Sea satu-satunya orang dari ketiganya yang berani menatap matanya.
Gadis itu membuang muka.
"Ra, gimana keadaan bokap lo? Baik-baik aja kan?" tanya Vina.
Kezia mengangguk, "Tadi kita panik banget waktu dapet kabar dari tante lo."
Belum sempat Dera menjawab, pintu ruangan terbuka.
"Dokter, gimana keadaan papa saya?" tanya Dera cepat.
"Baik-baik saja. Keluarga pasien dipersilakan masuk, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan."
Dera segera masuk, sementara yang lainnya dapat menghela napas lega.
Gravie menatap muak ketiga mantan teman segengnya, mereka adalah orang-orang yang telah membuat hidupnya kacau.
"Tunggu, Gra!" cegah Sea melihat Gravie beranjak.
Gadis itu berhenti, lalu berbalik dengan sebelah alis terangkat.
Sea melirik Aldon, Derry dan Chesie sekilas, "Gue mau ngomong, sebentar."
"Oke, gue dengerin."
"Dua hari yang lalu kita bertiga udah ngaku salah ke Dera karena pernah niat ngelakuin hal buruk ke dia, dan Dera udah maafin," ucap Sea.
Gravie mengangguk, "Bagus dong."
"Gue nggak punya salah sama lo dan nggak tau apa-apa sama yang udah terjadi, gue cuma nggak mau sikap lo terus gini, Gra. Jujur gue nggak mau pertemanan kita semua hancur, gue harap lo juga mikir yang sama dan bisa segera maafin perbuatan Vina dan Kezia."
Tangan Gravie mengepal, dadanya terasa memanas ingin meledak. Segampang itu? Jadi rasa sakit dan kecewa Gravie selama ini mereka anggap hanya hal sepele, begitu?
"Pertama, thanks udah mau minta maaf ke Dera di saat keadaan dia yang kayak gini, gue bersyukur. Mungkin nggak gampang bagi kalian buat temanan sama orang yang udah nggak selevel, iya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Teen FictionBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...