Kepercayaan adalah hal utama yang harus dijaga
.
Gravie pikir menjadi orang tidak pedulian semudah itu, ternyata tidak, padahal bukankah selama ini ia termasuk orang yang tidak peduli pada orang lain.
Baik, kali ini mungkin memang berbeda karena menyangkut mengenai Derry. Cowok yang tak pernah satu haripun absen dari benaknya, kenapa? Kenapa Gravie selalu memikirkan Derry.
Jangan-jangan ia benar-benar suka.
Ah, kalau memang benar begitu Gravie tidak tahu harus senang atau justru sedih. Suka pada cowok yang berusaha mengusirnya berkali-kali, padahal sebelum ini cowok-cowok yang mengejarnya.
Bicara mengenai cowok dingin itu Gravie jadi teringat kalimat yang diucapkan ibu tirinya kemarin, pilihlah pilihan kedua, pilihan kedua. Mungkin pernyataan itu juga yang mengusik perasaannya sekarang.
Padahal seharusnya Gravie tidak usah ambil pusing, ah ia memang payah.
Hal lain yang menggangu pikiran gadis itu adalah pesan Aldon kemarin, pesan yang hingga kini belum ia beri balasan. Derry bukan orang yang suka berada di kafe atau semacamnya, lantas apa yang dia lakukan kemarin? Aneh sekali.
Jika benar ingin bicara dengan Aldon bukankah mereka biasa melakukannya di tempat lain.Tinnnn
Gravie menginjak pedal rem melihat sebuah motor tiba-tiba menyalip dari kiri, decakan kekesalan keluar dari mulutnya. Mengapa orang-orang membawa kendaraan secara sembarangan, jika tadi orang itu terserempet mobilnya kemudian jatuh, pasti ia yang akan disalahkan.
Padahal sekolahnya hanya berjarak beberapa meter lagi!
Gadis itu baru akan kembali melajukan mobilnya sampai matanya menatap kendaran familiar melintas berpapasan, Gravie segera membuka jendela memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.
Bukankah itu mobil Lean? Apa yang cowok itu lakukan di daerah sini. Ia kira rumah dan kampus cowok itu tidak melintasi jalan ini.
Apa sedang ada keperluan? Mungkin saja.
Apa lebih baik ia tanya langsung? Tidak, tidak.. bukan urusannya.
Setelah memarkirkan mobil di tempat biasanya, gadis itu segera melangkah memasuki gedung sekolah. Ia sempat melihat mobil Zerina telah terparkir, yang artinya sepupunya itu telah berada di sekolah.
"Gra! Woii!"
Gravie menoleh ke belakang.
"Tunggu!"
"Dera? Ngapain buru-buru sih?"
Dera merapikan rambut sebahunya sambil mengatur napas, "Takut lo keburu jauh. Itu, kalo di kelas.. kita pura-pura masih berantem aja ya, gue nggak mau diminta balik ke geng."
Gravie terhenyak. Jujur, meskipun sudah tahu jelas alasannya, kalimat terakhir Dera sedikit menohok dadanya.
"Oh o-ke, tapi trus ntar ngobrolnya gimana? Katanya ada yang mau lo omongin ke gue."
"Gampang, bisa gue urus." Dera menatap sekitar, "Udah ya, gue duluan ke kelas. Daahh."
Gravie masih diam sendirian di tempat. Jika Dera sudah tidak ingin kembali ke Girl Star, ditambah dirinya sendiri yang mulai tidak nyaman berkat si penghianat yang entah siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERRY : manusia tanpa cinta [END]
Novela JuvenilBest rank #1 of teenfiction [29 Oct 2022] [15+] Cerita ini mengandung banyak kata-kata kasar, harap bijak untuk tidak ditiru! ** Gimana rasanya jatuh cinta dengan brandalan jalanan berwajah rupawan? Berlarian di bawah langit malam, mengobrol di atap...