Manusia Tanpa Cinta | Bab 44

2.5K 116 10
                                    

Minta maaf bukanlah suatu hal yang dapat menghancurkan harga diri mu, justru itu menunjukkan bahwa ego mu tak lebih tinggi dari dirimu sendiri

.

Gadis itu mencondongkan tubuh ke luar jendela kelas, posisi bangkunya yang dekat dengan jendela membuat dirinya leluasa menatap keluar sana.

Lapangan basket dengan dua tiang ring itu terlihat lebih jelas dari lantai dua, beberapa murid cowok kelas sepuluh tengah sibuk men dribble bola, mengoper ke temannya dengan hati-hati hingga akhirnya bola coklat tersebut masuk ke dalam ring.

Gravie tersenyum tipis, cowok-cowok yang merupakan adik kelasnya itu terlihat bersorak sembari melakukan high five. Meski tak begitu jelas, meski Gravie tak mengenal mereka namun ia yakin orang-orang itu baru saja melakukan hal yang membuat mereka bahagia.

Olahraga, meski terdengar sederhana bagi sebagian orang, tapi menurut mereka yang menyukainya pasti berbeda.

Gravie lupa kapan hal-hal kecil dapat membuatnya bahagia. Dulu saat masih berada di sekolah dasar, gadis itu selalu riang saat mendapat nilai 80, meski bukan angka sempurna, nilai tersebut dapat ia tunjukkan pada ayahnya dengan wajah bahagia.

Gadis itu tak tahu. Entah kehidupan yang semakin berat atau cara berpikirnya yang semakin berubah, yang jelas kebahagiaan seperti kata yang kelamaan menjadi asing baginya. Terasa seperti semakin menjauh, atau memilih melenyapkan diri dari dirinya.

Seperti yang dilakukan Derry.

Tanpa sadar napas Gravie terhembus panjang.

Kira-kira sekarang Derry lagi ngapain ya?

Selama beberapa hari ini, dia ada nggak sih keinget gue atau apa gitu?

Ah, gue mikir apa sih!

"Ayo, kelompok tiga silahkan dikumpulkan tugasnya!" Suara guru laki-laki bertubuh gempal itu kembali terdengar ke sepenjuru kelas.

Namun murid-murid di kelas Gravie terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Ayo, kelompok tiga? Mana ini anggota kelompoknya." Melihat tak ada yang bergerak guru tersebut kembali membuka lembar catatannya. "Gravie, Kezia, Vina, Sea, Dera. Tugasnya silahkan dikumpulkan ke depan!"

Gravie tersentak mendengar namanya dipanggil, pandangannya seketika mengarah pada ketiga temannya yang menepuk dahi bersamaan. Di bangku yang jauh dari posisi keempatnya, Dera terlihat melirik mereka.

"Tugas apasih?" tanya Gravie pelan tak tahu apa-apa.

"Astaga, kayaknya kita lupa bilang deh ada tugas buat makalah rangkuman materi tiga bab kemaren. Tugas dua minggu lalu, waktu itu lo lagi izin ke toilet sama Dera," jelas Kezia sembari mengigit bibirnya.

Gravie seketika menutup mata sambil memijat pelipisnya.

"Ada apa ini kelompok tiga? Belum selesai atau bagaimana? Silahkan semua anggota maju ke depan! Bisa-bisanya tugas sudah diberi waktu lama begitu belum diselesaikan juga!" Pak Yoyo berkacak pinggang.

Mau tak mau Gravie dan kawan-kawan maju ke depan, Vina dan Kezia terlihat saling menyikut sambil menyalahkan satu sama lain. Sea memasang wajah jutek, sementara Dera beranjak dari bangku barisan berbeda sembari memegang beberapa lembar kertas yang telah digabungkan.

DERRY : manusia tanpa cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang