Happy reading!
~~Chika baru saja sampai di rumahnya, ia melihat jam ditangannya yang sudah menunjukan pukul 11 malam. Sudah menjadi hal yang biasa jika hari minggu Chika selalu pulang larut malam, ia mempunyai kegiatan rutin yaitu les bermain piano. Itu bukan keinginan Chika, melainkan keinginan dari sang ayah. Chika menatap rumah yang sangat megah dihadapannya, sebenarnya ia sangat malas untuk kembali ke rumah ini. Tak lama kemudian gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka. Chika mulai berjalan masuk, ia melihat mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Chika memejamkan matanya sejenak saat melihat mobil tersebut, berkali-kali Chika mengeluarkan nafas lelahnya. Mobil tersebut adalah milik Reynan Putra Natio, ayah dari Chika dan juga Shani.
Chika berjalan malas memasuki rumahnya. Saat Chika sampai di ruang tamu, disana ada Reynan yang sedang bergelut dengan pekerjaannya. Chika ingin mengabaikan ayahnya dan langsung menuju kamar miliknya, namun semua itu tidak bisa ia lakukan
"Chika pulang"
"Duduk!"
Nada dingin dan tegas keluar dari mulut Reynan. Chika tidak bisa membantah, ia hanya bisa menuruti setiap perkataan dari ayahnya. Reynan melemparkan kertas-kertas berisi rekap nilai milik Chika. Chika menunduk takut
"Kamu tau apa kesalahan kamu?!"
Chika mengangguk takut
"T-tapi aku masih peringkat 1 dikelas"
"Dikelas?! Kamu bangga dengan itu?! Kamu berada di peringkat kedua secara umum Chika!" bentak Reynan membuat Chika semakin ketakutan
"Peringkat pertama itu Mira, dia anaknya temen papa. Kamu mau bikin malu papa?!"
"Kamu tuh anak papa, sama kaya Shani. Tapi kenapa kamu ga bisa cerdas kaya kakak kamu?! Apa semua fasilitas yang selama ini papa kasih masih kurang?"
Chika mengepalkan tangannya, ia benci jika selalu dibanding-bandingkan dengan Shani. Namun Chika lebih membenci dirinya sendiri karna tidak bisa berbuat apa-apa, sekalipun itu memberontak pada ayahnya
"M-maafin Chika pa"
Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Chika. Selama Chika belum mencapai puncak tertinggi, selama itu juga Chika akan selalu berada dibawah bayang-bayang ayahnya. Jika Chika ingin bebas seperti Shani, bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Maka Chika harus berada di puncak yang tertinggi
"Jika kalian ingin hidup dengan bebas, jadilah yang terbaik. Capai posisi tertinggi, pertahankan untuk selamanya. Jika kalian sudah mencapai posisi itu, Papa tidak akan ikut campur urusan kalian. Tapi.. jika kalian memberontak sebelum mencapai posisi tertinggi, semua fasilitas akan Papa ambil!"
Baik Chika ataupun Shani sangat mengingat kalimat di atas. Kalimat yang sudah mereka dengar, sedari mereka kecil. Kalimat yang paling mereka benci. Shani berhasil merebut peringkat pertama sejak masih berseragam putih merah sampai sekarang berseragam putih abu-abu, ia juga berhasil menjuarai berbagai olimpiade. Shani berhasil mempertahankan posisi tertingginya selama bertahun-tahun. Hal itu membuat Shani terbebas dari tekanan Ayahnya, dan sekarang ia bebas melakukan apapun yang ia mau. Namun tidak dengan Chika, sekeras apapun Chika berusaha, hanya kegagalan yang ia dapatkan
"Sekarang masuk kamar, belajar!"
Tanpa melihat ke arah Reynan, Chika langsung bangkit menuju kamarnya. Chika menutup kasar pintu kamarnya. Ia berjalan cepat menuju tempat belajar, membuka setiap buku, mengerjakan setiap soal, mencoba memahami semua yang tertulis di dalam buku. Chika menekan pensilnya hingga patah, ia juga meremas kertas yang ada dihadapannya. Semuanya terasa memuakan bagi Chika
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY BASTARD [END]
Fanfiction"Gw suka sama lo.. Gracia!" "H-hah?" "Tapi boong!" [25 April 2020 - 13 Feb 2021]