LB 25

7.1K 698 34
                                    

Happy reading!
~~

Sudah 5 hari sejak kejadian dimana Shani terjatuh dari atap sekolah. Petugas dari kepolisian setiap hari sibuk memeriksa tempat kejadian perkara. Sontak sekolah tersebut menjadi sorotan semua orang, maka dari itu sekolah diliburkan untuk sementara waktu. Untuk tersangka sudah pasti adalah Anin dan Gracia. Alasannya sudah sangat jelas karna mereka sedang bersama Shani saat kejadian berlangsung. Polisi sudah mendengar kesaksian dari Anin dan juga Gracia, mereka berdua mengatakan hal yang sebenarnya kepada polisi. Namun polisi tidak bisa bertindak lebih jauh karna belum mendengar kesaksian dari Shani. Jadi sekarang ini polisi sedang menunggu Shani sadar dari komanya.

Shani sekarang ini masih berada dirumah sakit, terbaring tidak sadarkan diri. Shani kehilangan banyak darah pada saat itu, namun beruntung persediaan darah dirumah sakit itu cukup banyak dan cocok dengan Shani. Kepala Shani terbentur sangat keras, menyebabkan Shani mengalami cedera kepala yang cukup serius. Shani juga mengalami patah tulang pada lengan kirinya.

Setelah 5 hari Shani terlelap dalam tidur panjangnya, malam ini Shani mulai menggerakan jari-jarinya. Chika yang melihat jari tangan Shani bergerak, segera menekan bel agar dokter segera datang keruangan tersebut. Tak lama kemudian dokter tersebut datang untuk memeriksa Shani. Chika yang selama 5 hari ini selalu berada disamping Shani tidak kuat untuk menahan tangisannya. Chika merasa sangat bahagia dan bersyukur Shani berhasil melewati masa-masa sulitnya.

Shani perlahan membuka matanya. Shani menatap kosong pada atap ruangan tersebut. Chika tersenyum dengan air mata yang terus mengalir deras dipipinya. Namun tiba-tiba Shani mengalami kejang-kejang. Seketika Chika panik melihat kondisi Shani.

"Dok kakak saya kenapa dok?!"

Dokter tersebut dengan sigap menyuntikan obat kedalam infus milik Shani. Setelah beberapa menit, Shani kembali tenang dan kembali tidak sadarkan diri.

"Kakak saya ga kenapa-kenapa kan dok? Dia cuman tidur lagi kan?! Jawab saya dok!" ucap Chika mulai meracau pada dokter dihadapannya karna khawatir Shani yang tiba-tiba kembali tidak sadarkan diri

"Cici kamu baik-baik saja, hal tersebut sudah biasa terjadi pada pasien yang mengalami cedera kepala. Jadi kamu tenang ya.." ucap dokter tersebut memberikan senyuman menenangkan pada Chika

Chika menatap dalam pada kedua mata dokter tersebut. Dokter tersebut adalah seorang wanita yang usianya masih terbilang muda untuk ukuran seorang dokter. Dokter itu tidak hanya memperdulikan pasiennya, namun dokter itu juga memperdulikan Chika. Chika membalas senyuman dokter dihadapannya dengan air mata yang tetap mengalir dipipinya.

"Makasi banyak dokter.." ucap Chika tulus

"Ga perlu, itu sudah menjadi kewajiban saya"

"Ngurus aku kewajiban dokter juga?" tanya Chika dengan bibir yang sedikit dimajukan

Dokter tersebut hanya terkekeh pelan lalu mengacak rambut Chika

"Makasi udah mau ngurusin aku 5 hari ini" ucap Chika mencoba untuk menghapus air matanya

"Sama-sama" ucap dokter itu tersenyum

"Ngomong-ngomong orang tua kalian kemana? Dari kemaren saya ga liat. Maaf kalau saya ga sopan bertanya seperti ini, tapi kita butuh berbicara dengan orang tua Shani"

"Kalau ada yang mau diomongin tentang pasien, sama saya aja" jawab Chika cepat

"Ga bisa, kita harus berbicara sama orang tua Shani"

"Yauda tunggu Papa dateng aja, palingan besok. Soalnya dia masih di luar negri" ucap Chika dengan nada yang ketus

"Baik lah. Jaga kakak kamu ya, saya pamit dulu" ucap dokter itu hendak pergi meninggalkan Chika

LUCKY BASTARD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang