LB 31

6.9K 681 29
                                    

Happy reading!
~~

Shani baru saja menyelesaikan acara makan malam bersama keluarga Gracia. Shani bersyukur tidak ada Hendra disana. Jika saja ada, maka mereka akan terlibat dalam perang dingin. Gracia menatap Shani yang sedang duduk memperhatikannya mencuci piring. Shani yang ditatap seperti itu hanya mengangkat kedua alisnya seakan bertanya 'apa' pada Gracia.

"Bantuin kek!" ucap Gracia menatap kesal pada Shani.

Shani tersenyum lalu dengan santainya menunjuk lengannya yang masih menggunakan arm sling.

"Kapan sembuhnya sih?!"

Shani hanya mengangkat bahunya acuh, lalu berjalan mendekati Gracia. Shani tidak membantu Gracia, ia hanya ingin memperhatikan Gracia dari jarak yang cukup dekat.

"Kalau nanti kamu check up, aku ikut ya?" tanya Gracia menoleh sekilas pada Shani.

"Ngapain?"

"Kok tanya ngapain? Ya sebagai pacar, aku harus tau kondisi pacar aku dong"

"Kamu ga perlu ikut, nanti aku bakal kabarin kamu ko" ucap Shani tersenyum lalu mengacak gemas rambut Gracia.

"Kenapa ga boleh ikut? Biar kamu bisa bebas berduaan sama yang namanya Vienny Vienny itu kan?!" kesal Gracia menyingkirkan tangan Shani yang berada dikepalanya.

Shani menahan tawanya, namun sedetik kemudian tawanya pun pecah. Gracia hanya menatap kesal pada Shani yang masih mentertawakannya.

"Cie cemburu.." ucap Shani menggoda Gracia.

"Sana lah masuk kamar! Disini juga gangguin doang!" ucap Gracia memutar bola matanya malas.

"Aku seneng kamu cemburu. Itu artinya kamu beneran sayang sama aku. Sering-sering ya cemburunya" ucap Shani terkekeh pelan.

"Yauda aku ke kamar dulu ya.." ucap Shani mencium sekilas pipi Gracia lalu pergi menuju kamar Gracia. Gracia hanya bisa tersenyum dengan bodohnya, namun dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Shani memasuki kamar Gracia, ia langsung mencari benda yang saat ini sangat ia butuhkan. Tak lama mencari, Shani berhasil menemukan benda tersebut diatas meja belajar Gracia. Benda yang Shani cari sedari tadi adalah sebuah pengisi daya baterai (charger). Shani menyimpan ponselnya, lalu berjalan mendekati tempat tidur. Shani merebahkan badannya dengan kaki yang terjuntai kebawah. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan Gracia yang berjalan kearahnya. Gracia langsung merebahkan dirinya disamping Shani dengan posisi yang sama persis seperti Shani.

"Gre.."

"Hm?"

"Ada yang mau aku tanyain" tanya Shani tanpa melihat pada Gracia.

"Apa?"

"Kamu kenapa bisa kenal sama Anin dan kenapa kamu mau nurutin semua kemauan dia?"

"Papa pernah ga sengaja nabrak Anin. Besoknya aku sama Papa jenguk Anin dirumah sakit, terus tiba-tiba Anin ngajak aku ketemuan. Dia bilang 'makasi udah nabrak aku', udah gitu dia langsung pergi. Aku ga ngerti maksud dia apaan bilang kaya gitu. Tapi setelah kejadian itu, aku jadi sering main ke panti cuman buat nemuin Anin. Nah beberapa bulan kemudian, Anin mutusin buat pindah ke Jakarta, dan hari itu juga ibu panti ngasih tau aku tentang penyakit Anin. Karna ibu panti itu bilang Anin pernah ketabrak, aku langsung mikir itu pasti kejadian dimana Papa nabrak Anin. Nah dari situ, aku janji sama diri aku sendiri buat ngabulin semua permintaan Anin. Karna aku merasa bersalah. Eh taunya aku diboongin"

"Kamu langsung percaya gitu aja?" tanya Shani.

"Iya.."

"Kamu bego ternyata" ucap Shani tertawa pelan.

LUCKY BASTARD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang