Semalaman Kafgan menjaga Areta sampai dia sendiri kelelahan dan tertidur di sebelah Areta. Areta tidak bisa diam bahkan sampai-sampai berteriak tidak jelas kadang suka merengek ataupun menangis.
Kafgan tidak bisa tidur dengan tenang tetapi jika dia meninggalkan Areta dia juga tidak tega. Kafgan hanya bisa menghela napas pasrah karena Areta begini juga salahnya. Dia juga bodoh karena memberitahu Areta ke tempat yang seperti itu jika sedang kacau. Bayangkan saja jika Kafgan telat sedikit pasti Areta sudah dibawa oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
Pening itulah yang Kafgan rasakan sekarang. Dia merasa jika dia terlalu kejam pada Areta, tetapi biarlah karena dipikiran Kafgan masih ada Cassie seorang dan sangat sulit berpindah haluan pada Areta.
Pengorbanan Areta patut diacungi jempol jika Kafgan mengetahui semuanya. Areta sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik tetapi tidak semua yang ada di dalam dirinya dia ubah. Sikap bar-bar nya itu masih tetap ada di dalam dirinya.
"kenapa lo lakuin hal bodoh kayak gini sih! Gue nggak pantes buat lo tangisin" gumam Kafgan menatap Areta, dia terbangun karena teriakkan Areta.
Karena kantuknya kembali melanda akhirnya Kafgan terlelap kembali disamping Areta, tak lama setelah itu Areta bergerak dan memeluknya.
Hari telah berganti, Areta pun terbangun karena sinar matahari yang menyilaukan.
"pusing banget" ucapnya lirih, dia menatap sekeliling kamarnya seperti orang linglung dan tatapan terakhirnya jatuh pada seseorang yang masih terlelap disampingnya. Areta terkejut, dia juga mencoba mengingat kenapa dia bisa tidur bersama Kafgan sampai pada akhirnya dia mengingat kejadian itu.
"anjir, bego banget sih gue. Malu-maluin tau nggak! Mau ditaruh dimana muka gue kalo sampai Kafgan bangun" ucap Areta tepok jidat sambil meruntuki kebodohannya. Areta akhirnya memutuskan untuk mandi dengan hati-hati takut membangunkan Kafgan karena malu dia tidak mau bertatap muka dengan Kafgan.
Byurr
Suara percikan air di kamar amndi membuat Kafgan terbangun dari tidurnya. Dia menengok ke samping tertanya Areta sudah terbangun. Areta sengaja mengencangkan bunyi percikan air agar Kafgan bangun seelah itu pindah ke kamarnya tetapi rencana Areta gagal total karena setelah bangun Kafgan tetap menunggu Areta untuk meminta penjelasan.
"l...lo...nga..pa..in...masih..di...sini?" tanya Areta terbata-bata
"kenapa ke club?" tanya Kafgan to the point
"nggak papa" ucap Areta cepat. Dia sangat gugup dan takut karena tatapan Kafgan yang menyeramkan.
"lain kali nggak usah bego! Lo itu nggak pernah kesana jadi nggak usah sok kuat, dan ngerepotin orang lain deh" ucap Kafgan tanpa rasa bersalah
'bego banget sih gue bisa-bisanya ngelakuin hal kayak kemarin cuma karena dia' batin Areta
"terus ngapain lo jemput gue? Kaoo emang ngerepotin lo mending nggak usah gue juga bisa sendiri" ucap Areta naik pitak sambil mengeringkan rambutnya yang basah
"kalo bukan karena tanggung jawab gue, gue juga nggak bakal mau!" ketus Kafgan
"gue nggak pernah minta lo tanggung jawab ke gue karena gue tau lo nggak tulus cuma karena terpaksa mending nggak usah!" ucap Areta menatap Kafgan dengan tatapan terluka
"kalo bukan karena pesan dari mama gue, gue juga nggak bakal mau"
"kenapa harus dilanjutin kalo terus begini. Mending udah sampai sini aja! Gue nggak mau lo menderita" lirih Areta
"segampang itu lo ngomong" ucap Kafgan dengan nada dingin dan tatapan tajamnya yang membuat Areta sampai mundur ketakutan
"lo mau ngapain" ucap Areta takut karena Kafgan semakin mendekat kearahnya
"maaf" setelah punggung Areta menabrak tembok lalu Kafgan mengucapkan sepatah kata setelah itu langsung keluar dari kamar Areta
"gila bisa jantungan gue" ucap Areta memegang dadanya. Entah apa yang dia rasakan pasalnya jantung berdetak begitu cepat. Apakah ketakutan? Cinta? Atau bahkan dia memang punya riwayat penyakit jantung? Sepertinya Areta harus mengecek ke dokter spesialis jantung.
Setelah sampai di kamarnya Kafgan langsung menutup pintu dengan cepat sampai menimbulkan suara yang begitu keras.
"susah banget gue ngucapin kata 'maaf' buat dia" gumam Kafgan. Mungkin dia terlalu gengsi untuk mengucapkan kata maaf kepada Areta tetapi dia telah berhasil mengucapkannya walaupun langsung pergi begitu saja masuk ke kamarnya. Sebut saja Kafgan pengecut.
Sedangkan di kamarnya Areta masih berpikir tentang apa yang diucapan Kafgan kepadanya. Apakah permintaan maafnya itu tulus? Apakah Kafgan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi? Memikirkannya saja membuat kepala Areta tambah pening.
"apa itu caranya minta maaf yang bener? Oke gue bakal menghargai permintaan maaf lo itu tapi mungkin rasa kecewa gue bakal tetep selalu membekas di hati gue" gumam Areta
.....
"Reta" ucap Eren tersenyum
"apaan?" tanya Areta malas moodnya belum membaik karena kejadian kemarin
"lo kenapa kok sedih gitu sih. Inget ya Ta, muka lo itu nggak cocok lo melas-melasin begitu. Lo kan tau sendiri kalo muka lo itu cocoknya wajah galak. Ayo keluarin itu wajah galak tambah songong lo. Daripada lo begini" ucap Eren mencoba membuat Areta kesal agar tidka larut dalam kesedihannya. Walaupun Eren itu sahabat laknat tetapi dia paling ngerti saat Areta lagi sedih, dia bakal coba ngembaliin mood Areta pokoknya sampai Areta ngajak gelud atau ngamuk deh barulah Eren bakal berhenti. Biasa setelah ngamuk atau gelud sama Eren mood Areta akan balik lagi. Dengan begitu rencana Eren berhasil.
"diem deh Er, gue lagi mode nggak mau debat" ucap Areta lesu
"dih siapa juga yang ngajak debat orang gue mau ngajak gelud"
"nggak mood gue. Cari yang lain sono"
"nggak mau! Pokoknya gue maunya cuma sama lo!"
"yee laknat ya lo! giliran gelud aja ngajak gue. Belum pernah kena bogeman gue ya lo" ketus Areta dia benar-benar sedang tidak mood hari ini tetapi dia harus menghargai usaha Eren yang sedang menghiburnya. Areta paham betul, jika moodnya sedmag tidak baik pasti Eren selalu berada didekatnya dan selau mengajak adu bacot dengannya.
"coba sini lo bogem gue tapi inget habis itu lo harus tunjukkin muka galak lo lagi"
"males, udahlah Er. Gue tadi udah coba sabar ya dibilangin gue lagi nggak mood juga! Mending lo pergi deh gue lagi pengen sendiri" kesal Areta sudah cukup dia telah bersabar tetapi Eren malah ngelunjak
"Ta, lo kenapa sih? Cerita dong sama gue"
"gue pengen sendiri!"
"kita sahabat bukan sih?"
"hm"
"terus kenapa lo nggak mau cerita?"
"gue belum siap. Udahlah Er gue lagi pengen sendiri" mungkin rencana Eren kali ini gagal karena wajah Areta yang sudah masam menahan rasa kesalnya.
"oke gue pergi, tapi inget gue bakal tunggu lo siap cerita ke gue. Jangan suka simpan masalah sendiri, Ta. Lo bisa cerita sama gue, kapan pun gue akan selalu ada disamping lo"
"thanks" lirih Areta saat melihat Eren telah keluar dari kelas mereka entah anak itu akan pergi kemana karena Eren tidak begitu memiliki banyak teman. Bagi Eren teman yang dia miliki hanya Areta.
.....
Hai guys
Yang nungguin ada nggak nih?
Follow, Vote, Coment, Share ditunggu
Ada yang kepo tentang kehidupan Heca, Eren atau yang lain gitu?
Kalo ada silakan coment ya
See you next part🙌
8 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFGANARETA [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] 15+ Ketika mempertahankan terlalu egois, merelakan terlalu sakit. Berulang kali rapuh, patah hati telah aku lewati. Untuk saat ini aku masih berjuang sendiri tanpa adanya rasa yang dia beri. Cover by: @cindyliaa_ [High...